Belajar dari Kisah Para Sahabat dalam Beribadah

Belajar dari Kisah Para Sahabat dalam Beribadah

Radarseluma.disway.id - Belajar dari Kisah Para Sahabat dalam Beribadah--

Artinya: “Dan mereka bersujud di atas muka mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusyuk.” (QS. Al-Isra: 109)

Dalam riwayat lain, Umar pernah membaca ayat yang terdapat dalam Al-Qur'an Surat Ath-Thur ayat 7 - 8 yang mana berbunyi: 

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ، مَّا لَهُ مِن دَافِعٍ

Artinya: “Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi. Tidak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Ath-Thur: 7–8)

Setelah itu ia jatuh sakit beberapa hari karena rasa takut yang mendalam.

BACA JUGA:Syawal: Waktu yang Tepat untuk Muhasabah Diri

3. Ali bin Abi Thalib: Khusyuk yang Tak Terlupakan

Ali bin Abi Thalib dikenal dengan ibadahnya yang khusyuk. Dalam sebuah kisah, panah tertancap di kakinya dan baru bisa dicabut saat ia sedang salat. Saking khusyuknya, ia tidak merasakan sakit tersebut hal tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an yang mana terdapat dalam Surat Al - Mu'minun ayat 1 - 2 yang mana berbunyi: 

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Artinya: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. Al-Mu’minun: 1–2)

Ali memberi pelajaran bahwa salat bukan sekadar gerakan, tapi tempat menambatkan hati kepada Allah.

4. Bilal bin Rabah: Muazin Pertama dan Kecintaannya pada Salat

Bilal disiksa berat karena keislamannya. Namun keimanannya tak tergoyahkan. Setelah Islam berjaya, ia menjadi muazin kesayangan Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah bertanya yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi: 

يَا بِلَالُ، حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ

Artinya: “Wahai Bilal, beritahukan aku amal apa yang paling kau harapkan pahalanya? Sungguh aku mendengar suara terompahmu di Surga.” Bilal menjawab, “Aku tidak pernah berwudhu kecuali aku Shalat dua rakaat setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bilal mengajarkan bahwa ibadah tidak harus besar. Konsistensi dalam amalan kecil dengan niat yang benar bisa membawa ke Surga.

BACA JUGA:Menjaga Iman dan Hati: Nasihat Imam Al-Ghazali yang Abadi

Dalil-Dalil Pendukung Lainnya

1. Konsistensi dalam Ibadah Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Qadr Hijr ayat 99 yang berbunyi: 

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

2. Kecintaan Allah kepada Amalan yang Terus-Menerus dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda yang berbunyi: 

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menjadikan Sahabat sebagai Teladan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Abu Dawud berbunyi: 

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ

Artinya: “Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk setelahku.” (HR. Abu Dawud)

Sumber:

Berita Terkait