Kisah Nyata: Cinta Pertama Membawaku pada Neraka Dunia (Bagian 1)
Radarseluma.disway.id: Kisah Nyata: Cinta Pertama Membawaku pada Neraka Dunia (Bagian 1) --
Tapi hidup tak seindah cerita cinta dalam novel remaja.
Beberapa bulan setelah kelulusan, Rangga menghilang. Nomornya tak bisa dihubungi. Media sosialnya tak lagi aktif. Semua jejaknya seolah ditelan bumi. Aku panik, menangis, bahkan mendatangi sekolahnya, tapi tak ada yang tahu ke mana ia pergi. Yang tersisa hanya aku… dan rahasia kelam yang perlahan menjadi beban berat.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Dari Pelayan Warung ke Perempuan Bayaran (Bagian 2)
Saat itu aku merasa dunia runtuh. Aku malu pada orang tuaku, pada diriku sendiri. Aku merasa tak lagi pantas kembali ke rumah. Air mata ibu, senyum ayah, dan tawa adik-adikku terasa seperti bayangan dari kehidupan yang tak lagi aku miliki.
Aku memutuskan pergi ke Jakarta dengan uang seadanya. Aku bilang pada ibu aku dapat pekerjaan di sana. Ibu menangis, tapi aku bersikeras. Padahal sebenarnya aku lari—lari dari rasa malu, dari masa lalu, dan dari diriku yang dulu.
Di Jakarta, hidup tak semudah yang kubayangkan. Aku bekerja serabutan—jadi pelayan kafe, SPG di mal, bahkan pernah ikut jadi penjaga stand di bazar-bazar kecil. Tapi gaji pas-pasan dan biaya hidup yang tinggi membuatku cepat kehabisan tenaga dan harapan.
Lalu aku bertemu Yani—seorang wanita paruh baya yang tampak elegan dan selalu berpenampilan rapi. Ia memperhatikanku saat aku sedang duduk di halte, menahan tangis setelah dipecat dari pekerjaanku yang terakhir karena dianggap terlalu sering izin.
“Kamu butuh tempat tinggal?” tanyanya waktu itu.
Aku hanya mengangguk, terlalu lelah untuk bertanya lebih banyak.
Yani membawaku ke apartemennya, memberiku makan, pakaian, dan kenyamanan yang tak kurasakan sejak lama. Aku merasa seperti diselamatkan. Tapi ternyata, kebaikan itu memiliki harga.
“Dinda, kamu cantik. Pintar. Sayang kalau cuma kerja di kafe dengan gaji kecil. Kalau kamu mau, aku punya pekerjaan dengan penghasilan besar. Dalam seminggu, kamu bisa dapat lebih dari gaji sebulanmu sebelumnya,” katanya suatu malam.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Dari Pelayan Warung ke Perempuan Bayaran
Aku diam. Aku tahu ke mana arah pembicaraan itu.
Tapi keputusasaan sering membuat orang mengambil keputusan yang tak akan pernah mereka banggakan.
Aku tak langsung mengiyakan, tapi perlahan… dunia itu menyeretku masuk. Dunia gelap yang penuh senyum palsu dan tawa kosong. Dunia di mana tubuh bukan lagi milik diri sendiri, tapi jadi alat tukar demi bertahan hidup.
Sumber: