Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Āli ‘Imrān: 159)
Ayat ini menjelaskan bahwa kelembutan dan keramahan Rasulullah SAW adalah bagian dari rahmat Allah yang menjadi daya tarik utama bagi umat manusia untuk mencintainya. Senyum yang beliau pancarkan merupakan wujud nyata dari kelembutan itu bukan dibuat-buat, melainkan refleksi dari hati yang penuh rahmat.
BACA JUGA:Kedermawanan Tanpa Batas Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Memberi yang Mengalir Sepanjang Zaman
Senyum Sebagai Dakwah dan Penyembuh Jiwa
Rasulullah SAW menggunakan senyum sebagai metode dakwah yang efektif. Beliau memahami bahwa hati manusia tidak akan terbuka oleh kekerasan, melainkan oleh kelembutan dan kasih sayang. Dengan senyuman, beliau menembus hati orang-orang yang semula menentang dakwahnya.
Contohnya adalah kisah seorang Arab Badui yang datang ke masjid dan kencing di dalamnya. Para sahabat marah dan hampir memukulnya, tetapi Rasulullah SAW melarang mereka. Beliau mendekatinya dengan senyum dan kelembutan, kemudian menjelaskan dengan tenang tentang kesucian masjid. Orang Badui itu pun terharu dan berkata:
“Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati seorang pun selain kami.”
Kisah ini menunjukkan bahwa senyum dan kelembutan lebih kuat dari seribu kata. Dengan senyum, Rasulullah SAW menanamkan nilai dakwah yang berasaskan kasih sayang, bukan kekerasan.
Selain itu, senyum juga berfungsi sebagai penyembuh jiwa. Dalam dunia modern, banyak penelitian menunjukkan bahwa senyum dapat mengurangi stres, meningkatkan hormon kebahagiaan, dan menumbuhkan semangat positif. Rasulullah SAW telah mencontohkan hal ini sejak 14 abad lalu bahwa hati yang bersih dan wajah yang ceria adalah sumber ketenangan bagi diri sendiri dan orang lain.
Senyuman yang Menghidupkan Ukhuwah
Senyuman memiliki kekuatan untuk membangun ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Dalam hubungan sosial, senyum dapat menghapus jarak, memecah kebekuan, dan membuka jalan bagi kasih sayang. Rasulullah SAW mencontohkan bahwa seorang muslim tidak boleh meremehkan kebaikan sekecil apa pun, bahkan hanya dengan senyum.
Beliau bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Artinya: “Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik sekecil apa pun, walaupun hanya dengan menemui saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim, no. 2626)
Hadits ini menegaskan bahwa senyum adalah bentuk kebaikan yang ringan namun besar nilainya. Ia dapat menghapus rasa dendam, mempererat persaudaraan, dan menumbuhkan cinta di antara manusia.
Senyuman Rasulullah SAW bukan hanya keindahan wajah, tetapi cerminan kemuliaan akhlak dan kelembutan hati. Melalui senyum, beliau mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, tetapi bisa lahir dari hal kecil yang dilakukan dengan ikhlas.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa setiap muslim hendaknya menebarkan senyum kepada sesama sebagai bentuk sedekah dan tanda kasih sayang. Dengan senyum, kita menebar kedamaian, menghapus kebencian, dan menyambung hati-hati yang sempat terpisah.
Senyum Rasulullah SAW adalah warisan akhlak yang abadi. Ia menjadi teladan bagi umat manusia untuk menebarkan kebaikan dan kasih sayang di tengah dunia yang penuh kesedihan dan amarah.