Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Artinya: “Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap ibadah, termasuk menuntut ilmu, harus dilandasi dengan keikhlasan. Syaikh Abdul Qadir memahami betul bahwa ilmu hanya akan bercahaya jika ditujukan untuk Allah, bukan untuk popularitas, kedudukan, atau harta dunia.
Ketekunan Belajar di Baghdad
Sesampainya di Baghdad, Abdul Qadir belajar kepada para ulama besar, di antaranya Abu Sa’id Al-Mukharrami. Ia menghabiskan waktu berhari-hari tanpa makanan cukup, namun tidak pernah mengeluh. Ia lebih memilih menahan lapar daripada mengemis atau menodai kehormatannya.
Ketekunan ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Rasulullah SAW:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini membuktikan bahwa kesulitan yang dihadapi Abdul Qadir dalam menuntut ilmu bukan sia-sia, melainkan jalan menuju kemuliaan dunia dan akhirat.
BACA JUGA:Masa Kecil Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Anak Shalih yang Dijaga Allah SWT Sejak Dalam Kandungan
Buah Keikhlasan: Cahaya Ilmu yang Bermanfaat
Dengan keikhlasan dan kesabaran, ilmu Abdul Qadir Al-Jailani berkembang luar biasa. Ia bukan hanya menguasai fikih, tafsir, dan hadits, tetapi juga dikenal sebagai tokoh sufi yang menekankan akhlak mulia. Ilmunya tidak berhenti pada dirinya sendiri, tetapi menyinari jutaan murid dan pengikut hingga hari ini.
Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Syaikh Abdul Qadir termasuk dalam golongan ulama yang ilmunya terus memberi manfaat lintas generasi.
Kisah keikhlasan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam menuntut ilmu adalah pelajaran berharga bagi umat Islam. Beliau menunjukkan bahwa keikhlasan, kesabaran, dan kejujuran adalah kunci utama keberhasilan seorang penuntut ilmu. Tidak ada jalan singkat menuju keberkahan ilmu, kecuali dengan niat yang lurus dan pengorbanan yang tulus.