• Perhiasan Emas: Anting, kalung, gelang, dan pending (ikat pinggang) melambangkan kemakmuran serta status sosial keluarga.
Makna Simbolis dalam Pakaian Adat Semendo
• Songket: Melambangkan kerja keras, sebab proses menenun membutuhkan kesabaran. Dalam filosofi Semendo, ini berarti bahwa kehidupan harus dijalani dengan tekun dan penuh keuletan.
• Warna Emas: Menjadi simbol kemuliaan, kebesaran, dan kejayaan. Emas juga menggambarkan harapan akan kehidupan yang makmur.
• Keris pada Pakaian Pria: Menunjukkan keberanian, tanggung jawab, dan kewibawaan sebagai pemimpin keluarga.
• Perhiasan Wanita: Melambangkan kehormatan dan kebanggaan keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
Waktu dan Acara Penggunaan Pakaian Adat Semendo
Pakaian adat Semendo tidak digunakan setiap hari, melainkan hanya pada acara tertentu yang memiliki nilai adat tinggi, di antaranya:
1. Upacara Perkawinan: Pakaian adat ini menjadi busana utama pengantin. Kedua mempelai akan tampil anggun dengan balutan songket dan aksesoris lengkap.
2. Upacara Adat Tunggu Tubang: Prosesi pewarisan harta kepada anak perempuan tertua. Pada acara ini, pakaian adat menjadi simbol kehormatan dan legitimasi adat.
3. Pesta Rakyat atau Kenduri Besar: Digunakan dalam acara adat yang melibatkan masyarakat luas.
4. Acara Penyambutan Tamu Agung: Sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang dihormati.
Perkembangan dan Pelestarian Pakaian Adat Semendo
Seiring perkembangan zaman, pakaian adat Semendo mengalami beberapa penyesuaian. Misalnya, penggunaan bahan modern yang lebih ringan, desain kebaya yang lebih praktis, atau motif songket yang dimodifikasi. Namun, nilai filosofisnya tetap dijaga.
Pemerintah daerah Muara Enim, Lahat, dan Pagar Alam bersama masyarakat adat berupaya melestarikan warisan budaya ini melalui:
• Festival Budaya Semendo, di mana pakaian adat ditampilkan dalam pertunjukan seni dan karnaval.