Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan seorang Muslim, ibadah bukan hanya sebatas ritual, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian total kepada Allah SWT yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam menjaga kesehatan jasmani. Salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan adalah istirahat yang cukup. Tanpa tubuh yang sehat dan jiwa yang tenang, mustahil seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan optimal.
Istirahat, terutama tidur yang cukup, sering kali dianggap sepele. Padahal, dalam Islam, tidur bukan hanya kebutuhan biologis, melainkan juga memiliki dimensi spiritual. Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan dalam pola tidur yang seimbang dan penuh hikmah. Oleh karena itu, memahami pentingnya istirahat yang cukup adalah bagian dari menjalankan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh).
Istirahat dalam Perspektif Al-Qur'an
Allah SWT menciptakan malam sebagai waktu untuk istirahat dan siang untuk bekerja. Ini merupakan sunnatullah (ketetapan Allah) yang menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Firman Allah SWT:
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًاۙ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًاۙ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۚ
Artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba: 9–11)
Ayat ini menegaskan bahwa tidur bukan hanya kebutuhan tubuh, tetapi juga merupakan bagian dari sistem yang Allah tetapkan agar manusia tidak mengalami kelelahan berlebihan dan tetap mampu menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
BACA JUGA:Kiat Pola Makan Sehat dalam Konsep Agama Islam
Sunnah Rasulullah dalam Tidur
Rasulullah SAW mengajarkan adab tidur yang mencerminkan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan rohani. Dalam sebuah hadits disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنَ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يَقُولُ: بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوتُ
Artinya: “Apabila Nabi SAW hendak tidur pada malam hari, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya, lalu berkata: 'Bismikallahumma ahya wa amuut' (Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan aku mati).” (HR. Bukhari no. 6314)
Tidur pun menjadi bentuk ibadah jika diniatkan untuk memulihkan kekuatan agar bisa beribadah lebih baik. Rasulullah SAW bahkan tidur pada awal malam dan bangun di sepertiga malam terakhir untuk shalat tahajud. Ini menunjukkan keseimbangan antara hak tubuh dan kewajiban ruhani.
Konsekuensi Kurang Tidur dalam Ibadah
Kurangnya istirahat membuat tubuh mudah lelah, konsentrasi menurun, dan emosi menjadi tidak stabil. Ini berdampak langsung pada kualitas ibadah seseorang. Shalat yang seharusnya penuh kekhusyukan bisa menjadi sekadar gerakan fisik tanpa makna. Begitu juga membaca Al-Qur’an atau berdzikir, jika dilakukan dalam keadaan letih, hasilnya tidak maksimal.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW memperingatkan: