Menghindari Membanggakan Diri: Dzulqa’dah Bulan Introspeksi Diri

Rabu 14-05-2025,11:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

BACA JUGA:Menghargai Waktu di Bulan Dzulqa’dah: Investasi untuk Akhirat

Ujub Menghapus Amal Shaleh

Ujub juga berpotensi merusak amal ibadah. Allah SWT menekankan pentingnya ikhlas dalam beramal. Ketika seseorang beribadah dengan perasaan bangga akan dirinya, merasa lebih baik dari orang lain, maka niatnya telah ternoda.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Muhammad ayat 33 yang mana berbunyi: 

"وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ"

Artinya: “Dan janganlah kamu membatalkan (pahala) amal-amalmu.”
(QS. Muhammad: 33)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa ada amal yang bisa batal atau tidak bernilai di sisi Allah karena kesalahan dalam niat, termasuk karena ujub atau riya’. Maka dari itu, setiap Muslim dituntut untuk senantiasa memperbarui niat dan menjaga kerendahan hati.

Meneladani Sikap Tawadhu’ Para Nabi dan Orang Saleh

Para Nabi adalah contoh terbaik dalam menjaga diri dari sikap membanggakan diri. Nabi Muhammad SAW, meski beliau adalah manusia paling mulia dan dijamin surga, tetap menunjukkan tawadhu’ luar biasa. Beliau bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Ahmad yang mana berbunyi: 

"إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ"

Artinya: “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad)

Demikian pula para sahabat dan ulama terdahulu yang senantiasa takut akan penyakit hati ini. Mereka banyak menangis dan berdoa agar amal mereka diterima, bukan karena meragukan kekuatan amalnya, tetapi karena merasa takut jika amal tersebut rusak karena ujub.

BACA JUGA:Bulan Dzulqa’dah: Kesempatan untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa

Dzulqa’dah: Saatnya Menyepi untuk Merenung

Bulan Dzulqa’dah adalah bulan sebelum Dzulhijjah, bulan haji, yang mengajarkan ketundukan total kepada Allah. Maka sangat cocok menjadikan Dzulqa’dah sebagai bulan muhasabah atau introspeksi, agar ketika memasuki bulan haji, hati telah bersih dan siap menyambut seruan tauhid.

Introspeksi ini termasuk menilai sejauh mana kita telah menjaga hati dari membanggakan amal, jabatan, harta, atau ilmu. Seorang ulama berkata, “Orang yang paling bodoh adalah yang bangga atas sesuatu yang bukan dari dirinya, karena semuanya dari Allah.”

Kategori :