JAKARTA, Radarseluma.Disway.Id - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit sebesar Rp401,8 triliun atau 1,81% dari PDB per November 2024, didorong oleh akselerasi belanja pemerintah.
Defisit tersebut lebih besar dibandingkan dengan defisit pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,23% dari PDB. Neraca primer mencatat surplus sebesar Rp47,1 triliun.
BACA JUGA: Oknum PPPK Nakes Ditetapkan Tersangka, Begal Payudara Anak Gadis
BACA JUGA:Saat Perbaikan Jembatan Siabun Seluma, Truk Angkutan Dilarang Operasi
Penerimaan negara tumbuh sebesar 1,3% yoy atau mencapai Rp2.492,7 triliun.
Realisasi tersebut mencapai 89,0% dari target APBN, di bawah realisasi tahun lalu yang sebesar 100%. Penerimaan pajak dan cukai mencapai Rp1.946,7 triliun (84,3% dari target), sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terkontraksi 4,0% yoy menjadi Rp522,4 triliun, atau mencapai 106,2% dari target.
Belanja pemerintah meningkat 15,3% yoy menjadi Rp2.894,5 triliun.
Realisasi tersebut mencapai 87,0% dari target, atau lebih tinggi dari realisasi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 82,0%. Kenaikan belanja pemerintah tersebut didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur, penyaluran bantuan sosial dan subsidi, serta pembayaran pensiun.
Defisit anggaran tetap terjaga dengan pembiayaan anggaran yang terkendali.
Pemerintah telah merealisasikan total pembiayaan anggaran sebesar Rp428,8 triliun (82% dari target), dengan penerbitan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp437,2 triliun (65,6% dari target) dan penerbitan utang neto sebesar Rp46,4 triliun. Sementara itu, pembiayaan pemerintah non utang tercatat sebesar Rp -54,8 triliun.