JAKARTA, Radar Seluma.Disway.id, - Ternyata transformasi digital Bank Rakyat Indonesia (BRI) belum fully digital, rupanya akibat nasabah. Nasabah BRI yang banyak di desa, ternyata belum bisa fully digital (seenuhnya digital).
BACA JUGA: Api Merambat ke Gedung A, Museum Gajah! Kebakaran Museum Nasional
BACA JUGA:Fakta Terbakarnya Gedung Museum Nasional di Jakarta
Padahal, saat ini BRI tengah sukses menjalankan digital. Namun PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tidak lantas membuat perseroan terburu-buru mengubah model operasional dan bisnisnya menjadi fully digital.
Diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso saat media gathering di BRILian Stadium, pilihan BRI untuk tidak beralih menjadi fully digital tak lepas karena kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai. Sehingga BRI harus menyesuaikan dengan nasabah.
“Bila memang masyarakatnya belum fully digital, ya kita gak bisa mendigitalkan. Maka itu, bila kita fully digital-kan, gak akan jalan,” imbuh Sunarso.
Sunarso pun memberikan bukti bahwa masyarakat masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai. “AgenBRILink kita setahun volume transaksinya mencapai Rp1.300-1.400 triliun. Hal ini adalah bukti bahwa masyarakat kita masih banyak yang senang bertransaksi pakai cash dan kemudian lewat agen. Kalau kita fully digital-kan semua, terus mereka siapa yang layani?”, ungkapnya.