" Wahai saudaraku, apakah yang telah kamu lakukan itu?"
" Perempuan tua ini adalah ibuku. Dia terlalu lemah dan tidak boleh duduk." jawab si penjual daging.
" Engkau memperoleh berita gembira, saya adalah Musa dan engkau adalah sahabat karibku kelak di surga." jelas Nabi Musa kepada si penjual daging.
Dan dari pertemuan antara Nabi Musa AS terjawab sudah pertanyaan Nabi Musa AS siapa kelak yang akan menjadi teman dan sahabatnya kelak di Surga.
Dari kisah Nabi Musa AS dan penjual daging tersebut dapat kita simpulkan bahwa
1, Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan siapa yang akan masuk surga berdasarkan derajatnya. Tetapi semua adalah bergantung dari amalan yang dilakukannya selama di dunia.
2, Kewajiban seorang anak adalah berbakti kepada orang tua, salah satunya adalah ibunya. Ketika ibu sedang sakit pun, seorang anak sudah seharusnya menjaga dan merawatnya dengan baik. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya sejak masih di dalam kandungan, dilahirkan ke dunia, dan membesarkannya sampai dewasa. Bakti kepada ibu pun sudah dijelaskan dalam sebuah hadis berikut:
" Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR Al Bukhari dan Muslim) ( djl)