Meskipun pada dasarnya adalah 1 tahun, untuk anak putra sulung adalah 3 tahun. Di samping itu, beberapa masyarakat Tionghoa modern akan berkabung selama 49 hari. Dalam masa berkabung tersebut, mereka yakni anggota keluarga harus berdoa setiap minggu.
Langkah selanjutnya. memilih hari dan waktu pemakaman berdasarkan fengsui. Selain itu akan dilakukan pemilihan properti, orientasi, dan lokasi pemakaman. Semua ini dilakukan dengan konsultasi dengan ahli fengsui, apa lagi dia masih Budha.
Orang yang meninggal akan menggunakan pakaian terbaik atau jubah pemakaman putih traditional. Selain itu, dia bisa menggunakan pakaian merah atau warna-warni lainnya. Namun syarat dan ketentuan berlaku, yakni mendiang hidup selama 80 tahun atau lebih.
Nantinya, saat pemakaman doa-doa akan dikumandangkan dan peti ditutup rapat. Ini melambangkan perpisahan dari yang meninggal dan hidup. Kemudian, anggota keluarga harus membelakangi sang mendiang.
Kemudian menurunkan peti ke liang kubur, keluarga dan teman-teman harus memunggunginya. Alasannya adalah jika orang yang dia sayangi melihatnya, maka arwahnya akan terperangkap di dalam peti. Ini tidak berlaku bagi yang sudha beragama Kristen ya.
Saat pemakaman, anak laki-laki dan menantu laki-laki harus menggunakan ban lengan hitam. Jika mendiang berumur lebih dari 80 tahun meninggalnya, para tamu dapat mengenakan pakaian merah atau merah muda yang menandakan perayaan umur panjang.
BACA JUGA:Suku di Sumut Ini Aneh! Buat Kuburan Bisa Untuk Buat Rumah
Kebiasaaan di pemakaman adat Tionghoa, akan banyak bunga krisan. Bunga krisan putih atau kuning ini sering mereka gunakan untuk berkabung karena melambangkan kesedihan.