Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilah alhamdulillahilladzi Assalatuasala Muala Asrafil Ambiya Iwal Mursalin Wa Alihi Wa Ashabihi Ajmain Amma Ba'du.
Pertama dan paling utama mari kita senantiasa panjatkan puji dan puji kehadiran Allah SWT yang mana senantiasa memberikan kita kenikmatan baik nikmat sehat, nikmat iman lebih-lebih nikmat Islam, sehingga kita kembali berjumpa dan bisa saling ingat mengingatkan dalam kebenaran melalui media Radar Seluma yang kita cintai.
Shalawat serta salam tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Allah Nabi besar Sayyidina Muhammadin SAW beserta keluarga, para sahabat para tabi'in serta orang-orang Islam yang senantiasa Istiqomah dengan keislamannya hingga Yaumil akhir. Mudah-mudahan dengan banyak bershalawat kepada beliau kita akan mendapatkan syafaatnya nanti di Yaumil akhir. Aamin aamiin Allahumma Aamiin. Pembaca setia Radar Seluma yang Budiman kali ini kita akan mengambil tema yang berjudul " 6 Langkah agar Puasa Berkualitas" Puasa Ramadhan merupakan ibadah istimewa yang akan dinilai langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka, pahala puasa tidak terbatas pada 10 sampai 700 kali lipat. Pahala puasa bisa tak terbatas sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbunyi yang artinya: "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa sampai tujuh ratus kali, Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untukKu dan Aku sendiri yang membalasnya” (HR. Muslim, An-Nasai, Ad-Darimi, dan Al-Baihaqi)
Dengan demikian, nilai ibadah puasa di sisi Allah akan sangat bergantung pada kualitasnya. Semakin puasa berkualitas, semakin tinggi nilainya di sisi Allah. Sebaliknya, puasa yang kualitasnya sekedar menahan lapar dan haus, ia tidak bernilai apa-apa di sisiNya. Persis seperti sabda Nabi berbunyi yang artinya:
"Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar.
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)
Mengerjakan amal dengan optimal dan berusaha mendapatkan kualitas tertinggi adalah sebuah keharusan. Inilah mengapa Dr. Musthafa Dieb Al-Bugho dan Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi saat menjelaskan hadits :
"Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal" (HR. Muslim) Beliau berdua mengatakan Hadits ini merupakan nash (dalil) yang menunjukkan keharusan berlaku ihsan. Yaitu dengan melakukan suatu perbuatan dengan baik dan maksimal. Demikian pula dengan puasa. Marilah kita tunaikan puasa kita dengan sebaik-baiknya sehingga ia benar-benar menjadi puasa berkualitas.
Bagaimana caranya agar puasa kita berkualitas?
1. Ikhlas
Yang pertama, agar berkualitas, puasa kita harus ikhlas. Tak hanya puasa, bahkan seluruh amal akan ditentukan niat yang menjadi syarat diterimanya amal ini. "Sesungguhnya seluruh amal tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan mendapat apa yang ia niatkan" (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan puasa Ramadhan berupa ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu juga hanya berikan kepada orang yang puasanya dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘Alaih)
2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa
Agar puasa berkualitas, puasa itu harus sah. artinya, kita harus meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa yakni:
A. Makan atau minum dengan sengaja
Jika seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, itu tidak membatalkan puasanya. "Barangsiapa yang lupa, padahal ia berpuasa, lalu ia makan atau minum, hendaknya ia meneruskan puasanya. Karena ia diberi makan dan minum oleh Allah." (HR. Jamaah)
B. Muntah dengan sengaja
Barangsiapa didesak muntah, ia tidak wajib mengqadha, tetapi siapa yang menyengaja muntah hendaklah ia mengqadha. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Daruquthni, dan Hakim)
C. Mengeluarkan sperma, baik karena mencium istrinya atau hal lain di luar bersetubuh dan mimpi.
Jika bersetubuh ia terkena kafarat, jika karena mimpi maka tidak mempengaruhi puasanya.
D. Meniatkan berbuka.
Karena niat merupakan rukun puasa, maka niat berbuka berarti membatalkan puasanya.
Adapun suntik, infus maupun operasi lasik tidak membatalkan puasa. Mengapa? Syaikh Dr Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa suntik dan infus tidak membatalkan puasa, namun seseorang yang disuntik atau diinfus karena sakit ia tidak wajib berpuasa.
3. Meninggalkan pembatal pahala
Puasa ikhlas serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa saja tidak cukup untuk membuat puasa kita berkualitas.
Hal lain yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia.
Meninggalkan hal-hal yang menjadi pembatal pahala puasa.
"Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar" (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah) Caranya adalah dengan menjauhi apa yang Allah haramkan. Di antaranya adalah menjaga emosi kita agar tidak marah dan tidak berdusta seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya:
"Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan aku sedang berpuasa" (Muttafaq ’alaih) Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya)" (HR. Bukhari)
4. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
Sering kita jumpai, ada orang yang berpuasa lalu mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan alasan agar lupa rasa lapar dan haus selama puasa mereka seharian di depan televisi, memperbanyak main game, dan sebagainya.
Hal-hal seperti ini hendaknya ditinggalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas. "Di antara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
5. Mempuasakan seluruh organ tubuh, pikiran, dan hati
Inilah yang diistilahkan puasa khusus oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dan ditegaskan oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qasidin.
Pertama Mempuasakan mata
Mempuasakan mata dengan menahannya dari pandangan kepada sesuatu yang tercela dan dibenci syariat serta melalaikan Allah SWT.
Pandangan itu salah satu anak panah Iblis yang berbisa.
"Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah Azza wa Jalla memberinya keimanan yang manisnya didapati dalam hatinya" (HR. Hakim)
Kedua Mempuasakan lidah
Mempuasakan lidah dengan memeliharanya dari berbicara tanpa arah, dusta, menggunjing, mengumpat, berkata buruk, berkata kasar, permusuhan dan mendzalimi orang lain, sebagaimana hadits “inni shoo’imun”
Ketiga Mempuasakan telinga
Mempuasakan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang haram dan makruh.
Karena segala sesuatu yang haram diucapkan adalah haram pula untuk didengarkan.
"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan makanan haram. (QS. Al-Maidah : 42)
Keempat Mempuasakan tangan
mempuasakan tangan dari mendzalimi orang lain, mengambil sesuatu yang bukan haknya, serta melakukan perbuatan yang dilarang syariat.
Kelima Mempuasakan kaki
Mempuasakan kaki dari berjalan ke arah yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keenam, Mempuasakan hati
Mempuasakan hati dari penyakit-penyakit ruhiyah seperti dengki, iri, marah, kecintaan pada dunia, dan sebagainya sebagaimana Hadits yang artinya:
"Janganlah kamu saling membenci, saling memutus hubungan, saling mendengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, Menjaga pikiran
Menjaga pikiran dari membayangkan hal-hal yang disenangi syahwat dan dibenci syariat, serta dari tipu daya dan pikiran destruktif lainnya.
6. Memperbanyak amal shalih selama Ramadhan
Di saat kita meninggalkan hal yang haram dan tidak bermanfaat, pada saat yang sama kita memperbanyak amal shalih pada saat berpuasa.
Seperti memperbanyak tilawah Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, shalat sunnah, tafakur, mengkaji ilmu-ilmu agama, memperbanyak infaq, dan lain sebagainya.
Rasulullah dan para sahabatnya sangat mengerti tentang keutamaan Ramadhan dan bagaimana memperbaiki kualitas puasa mereka.
Karenanya dalam kesempatan istimewa ini mereka memperbanyak amal shalih. Ibnu Abbas menuturkan bagaimana peningkatan amal shalih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, khususnya tadarus dan infaq:
Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanannya memuncak pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya.
Jibril menemuinya setiap malam untuk tadarus Al-Qur’an.
Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan dari pada angin yang bertiup. (HR. Bukhari).
Demikian Tausiyah yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat sehingga puasa yang saya sampaikan dapat menjadi pedoman dan ilmu bagi kita semua baik yang saya yang menyampaikan maupun pembaca setia Radar Seluma yang Budiman.
Mudah-mudahan bermanfaat dan puasa kita menjadi puasa yang terbaik dan kita termasuk orang-orang yang diharapkan Al-Qur'an yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Aamiin aamiin ya rabbal Al-Amin.
Hilalliqo Wa Minkum
Wassalamualaikum Wr. Wb
Biodata Penceramah
H. NODI HERWANSYAH,M.Pd.I
Ketua MUI Kab.Seluma