Rio ingat ketika pertama membeli mobil listrik. Belum banyak stasiun charging. Ia pernah kehabisan listrik di tengah perjalanan. Di kota Jakarta. Ia datangi tempat charging terdekat: lagi rusak. Ia pindah ke charging yang lebih jauh: juga rusak. Akhirnya Rio ke bengkel Hyundai. Ditolak.
"Alasannya, saya beli mobilnya tidak di situ," ujar Rio.
Ia ngotot. Pemilik bengkel menyerah. Ups... Rio yang menyerah. Ia harus membayar Rp 200.000 sekali charging. Apa boleh buat. Demi mobil listrik.
Itu dulu.
Sekarang Hyundai sudah lebih baik. Pemilik mobil Hyundai bisa isi listrik di bengkel Hyundai yang mana pun. Tanpa dipungut harga setrum.
Saya juga kehabisan listrik –lagi. Rabu sore kemarin. Saat saya ke Pesantren Takeran, Magetan. Ada rapat di situ.
Tesla itu dikemudikan Mas Tomy C. Gutomo dari Surabaya. Saya sendiri naik mobil dari Jakarta. Kami akan bertemu di Takeran. Setelah rapat di pesantren itu saya bisa bersama Mas Tomy kembali ke Surabaya. Sudah ditunggu rapat lainnya.
Saya sudah berpesan pada Mas Tomy: tolong listrik dihemat. Jangan ngebut dan jangan injak gas nyendat-nyendat. Kang Sahidin pernah ke Takeran pakai Tesla. Bersama saya. Boros listrik. Bukan hanya ngebut tapi selip-selip apa saja. Dikejar waktu.