Hijrah Umat Islam: Meneladani Semangat Perubahan dari Masa Nabi hingga Era Modern

Hijrah Umat Islam: Meneladani Semangat Perubahan dari Masa Nabi hingga Era Modern

Radarseluma.disway.id - Hijrah Umat Islam: Meneladani Semangat Perubahan dari Masa Nabi hingga Era Modern--

Reporter: Juli Irawan  

Radarseluma.disway.id - Hijrah dalam Islam bukan sekadar berpindah tempat, tetapi simbol perjuangan spiritual dan sosial. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M adalah tonggak penting yang mengubah wajah peradaban Islam. Dari hijrah inilah lahir masyarakat yang berlandaskan iman, keadilan, dan persaudaraan. Namun, bagaimana makna hijrah bagi umat Islam dulu dan sekarang? Apakah semangatnya masih relevan di zaman modern yang penuh tantangan moral dan sosial?

Artikel ini akan membahas secara komprehensif hakikat hijrah pada masa Nabi dan bagaimana umat Islam masa kini dapat meneladaninya, disertai dalil Al-Qur’an dan hadits yang menguatkan pentingnya hijrah sebagai proses transformasi diri menuju kebaikan.

Hijrah pada Masa Nabi: Pondasi Kebangkitan Islam

Hijrah Nabi Muhammad SAW bukan hanya strategi menyelamatkan diri dari tekanan Quraisy, tetapi langkah taktis membangun tatanan masyarakat Islami di Madinah. Di sanalah Rasulullah SAW menegakkan persaudaraan Muhajirin dan Anshar, menata pemerintahan yang adil, dan mendakwahkan Islam dengan lebih luas.

Allah Ta’ala memerintahkan hijrah melalui firman-Nya:

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia dan sesungguhnya pahala di akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui.” (QS. An-Nahl: 41)

Ayat ini menegaskan bahwa hijrah adalah perintah Allah, dan balasan besar menanti mereka yang hijrah demi mempertahankan iman.

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda:

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ

Artinya: “Tidak ada hijrah lagi setelah penaklukan Mekah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa hijrah fisik ke Madinah telah berakhir setelah Fathu Makkah, namun hijrah maknawi  berpindah dari keburukan menuju kebaikan tetap berlaku hingga akhir zaman.

BACA JUGA:Tabot Bengkulu: Asal Usul dan Makna Spiritual Tradisi Warisan Cinta Ahlul Bait dan Tragedi Karbala

Makna Hijrah di Zaman Modern: Dari Keburukan Menuju Kebaikan

Pada masa sekarang, umat Islam tidak lagi dituntut melakukan hijrah fisik seperti Nabi dan para sahabat. Namun, hijrah spiritual dan moral sangat relevan. Banyak tantangan zaman modern: gaya hidup hedonis, krisis akhlak, dan pengaruh negatif teknologi. Maka hijrah yang kita butuhkan adalah meninggalkan perilaku buruk menuju perilaku Islami.

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya: “Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR. Bukhari)

Hijrah ini tidak terbatas ruang dan waktu; ia adalah proses sepanjang hayat setiap Muslim. Contohnya, hijrah dari riba ke ekonomi syariah, dari kebiasaan ghibah ke menjaga lisan, atau dari menunda ibadah ke disiplin salat.

Relevansi Hijrah untuk Umat Islam Indonesia

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan dan peluang dalam menghidupkan semangat hijrah. Tantangan utamanya adalah derasnya arus budaya materialistik yang sering mengaburkan nilai-nilai Islam. Sedangkan peluangnya, hijrah massal ke kebaikan bisa membentuk masyarakat yang berakhlak, adil, dan bermartabat.

Momentum Tahun Baru Islam, 1 Muharram, yang menandai peristiwa hijrah Nabi, setiap tahunnya dapat dijadikan refleksi: apakah kita sudah berhijrah dalam akidah, ibadah, dan akhlak?

Penjelasan Dalil-dalil Hijrah

1.Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 41

Menekankan balasan dunia dan akhirat bagi yang berhijrah di jalan Allah. Ini bukan hanya janji spiritual, tetapi motivasi sosial untuk berani berubah demi kebenaran.

2.Hadits tentang hijrah maknawi

Di atas menegaskan bahwa esensi hijrah adalah meninggalkan larangan Allah, seperti perbuatan dosa dan maksiat. Ini lebih relevan dari sekadar hijrah geografis.

BACA JUGA:Meneladani Semangat Mush’ab bin Umair: Menjadi Pemuda Penggerak Dakwah dan Perubahan

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Hijrah adalah simbol perubahan menuju kebaikan. Dulu, hijrah fisik Nabi dan sahabat membuka jalan bagi tegaknya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sekarang, hijrah moral dan spiritual umat Islam menjadi kunci perbaikan diri, keluarga, dan masyarakat. Mari jadikan setiap detik hidup kita sebagai hijrah menuju Allah dengan memperbaiki niat, akhlak, dan amal.

Semangat hijrah tidak boleh padam di hati umat Islam. Dari dulu hingga sekarang, hijrah adalah energi perubahan yang menuntun kita pada kemuliaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Momentum Tahun Baru Islam dan refleksi hijrah Nabi hendaknya menjadi pengingat untuk selalu berbenah diri, agar kita benar-benar menjadi umat terbaik yang membawa rahmat bagi semesta. (djl)

Sumber:

Berita Terkait