Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad Rasulullah SAW di Bulan Dzulqa’dah

Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad Rasulullah SAW di Bulan Dzulqa’dah

Radarseluma.disway.id: Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad Rasulullah SAW di Bulan Dzulqa’dah--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Islam adalah agama yang mengajarkan kesabaran sebagai salah satu pilar utama dalam membangun keimanan dan kehidupan yang seimbang. Dalam perjalanan hidup, manusia tidak luput dari ujian, cobaan, dan tantangan. Maka dari itu, Islam memberikan teladan terbaik melalui Nabi Muhammad SAW, yang kesabarannya teruji dalam berbagai peristiwa, salah satunya di bulan Dzulqa’dah. Bulan ini bukan sekadar salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah, tetapi juga menjadi saksi bagaimana Rasulullah SAW bersikap sabar, tenang, dan penuh hikmah dalam menghadapi tekanan musuh maupun kondisi sulit.

Dzulqa’dah, Bulan Haram yang Penuh Nilai

Bulan Dzulqa’dah termasuk dalam empat bulan haram yang sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 36 yang mana berbunyi: 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu." (QS. At-Taubah: 36)

Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi segala bentuk kezaliman. Bahkan berperang pun dilarang, kecuali untuk mempertahankan diri. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT menginginkan terciptanya suasana damai dan refleksi diri yang mendalam selama bulan-bulan tersebut.

BACA JUGA:Menyambut Bulan Dzulqa'dah Dengan Hati

Kesabaran Rasulullah dalam Peristiwa Hudaibiyah

Salah satu peristiwa paling monumental yang terjadi di bulan Dzulqa’dah adalah Perjanjian Hudaibiyah. Peristiwa ini menunjukkan puncak kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi ketegangan antara kaum Muslimin dan Quraisy Makkah.

Rasulullah SAW dan 1.400 sahabatnya berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk menunaikan ibadah umrah. Namun, mereka dihadang dan dihalangi masuk oleh kaum Quraisy. Setelah negosiasi panjang, Rasulullah menerima perjanjian damai yang secara sepintas tampak merugikan kaum Muslimin. Banyak sahabat merasa kecewa dan tidak puas, namun Rasulullah tetap sabar dan teguh.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari disebutkan yang mana berbunyi: 

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ الْحُدَيْبِي، غَلَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَأْيِهِ الصُّلْحَ، وَقَبِلَ شُرُوطَ الْمُشْرِكِينَ، فَاعْتَرَضَ عَلَيْهِ بَعْضُ أَصْحَابِهِ، وَقَالُوا: أَلَا نُقَاتِلُهُمْ؟ قَالَ: «إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ، وَلَنْ يُضَيِّعَنِي اللَّهُ»

Artinya: “Dari Anas RA, ia berkata: Ketika Hudaibiyah, Nabi SAW memutuskan untuk berdamai dan menerima syarat-syarat kaum musyrik. Beberapa sahabat menolak dan berkata, 'Tidakkah kita perangi mereka saja?' Nabi menjawab, 'Aku adalah utusan Allah, dan Dia tidak akan menyia-nyiakanku.'” (HR. Bukhari)

Sumber:

Berita Terkait