Tiongkok Perkuat Stimulus Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Tiongkok Perkuat Stimulus Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Pemandangan Pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, Tiongkok timur--

 

 

JAKARTA, Radarseluma.Disway.Id - Tiongkok menetapkan kebijakan defisit anggaran yang lebih longgar. 

Pemerintah Tiongkok meningkatkan batas defisit anggaran menjadi 4% terhadap PDB pada 2025, naik dari 3% pada 2024, untuk memberikan dukungan fiskal tambahan terhadap perekonomian Tiongkok. Dukungan fiskal untuk mendorong konsumsi di Tiongkok pada 2025 dilakukan dengan menaikkan pensiun dan subsidi asuransi kesehatan, serta memperluas program tukar-tambah barang konsumsi termasuk mobil, peralatan rumah tangga, dan perabot rumah.

BACA JUGA:2 Unit Mobil Truk Terbakar, Diduga korsleting listrik

BACA JUGA:RSUD Tais Panggil Oknum Calo Honorer Catut Nama Wabup Seluma

Penerbitan obligasi untuk mendukung proyek strategis pemerintah. 

Tiongkok berencana menerbitkan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan atau sekitar 411 miliar Dolar AS pada 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan penerbitan obligasi pada 2024 yang sebesar 1 triliun yuan dan akan menjadi yang tertinggi dalam sejarah penerbitan obligasi di Tiongkok. Kebijakan tersebut merupakan upaya Tiongkok untuk mengatasi perlambatan ekonomi dengan memberikan stimulus fiskal.

 

Prospek pemulihan ekonomi Tiongkok yang lambat. 

International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi Tiongkok pada 2025 akan tumbuh sebesar 4,5% yoy, lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 yang sebesar 4,8% yoy. Tiongkok menghadapi tantangan yang signifikan dari sisi internal, termasuk pemulihan yang lambat dari krisis properti, meningkatnya beban utang, serta melemahnya permintaan domestik. Sementara itu dari sisi eksternal, potensi meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS juga turut memberikan tekanan pada industri manufaktur di Tiongkok.

 

Perlambatan ekonomi Tiongkok memberikan dampak negatif bagi Indonesia

Tim Riset Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Tiongkok kemungkinan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih di tengah berbagai tantangan dari internal maupun eksternal yang meningkat dalam jangka pendek.

Sumber:

Berita Terkait