Di Seluma SPBU Jadi Tempat Wisata, BBM Jadi Barang Ghaib. Menuju Kendaraan Bertenaga Doa

Di Seluma SPBU Jadi Tempat Wisata, BBM Jadi Barang Ghaib. Menuju Kendaraan Bertenaga Doa

SPBU Sendawar--

 

SELUMA – Sampai detik ini, kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten SELUMA seolah menjadi warisan budaya yang tak pernah usang dimakan waktu. Masalah klasik ini kembali naik panggung, sementara rakyat kecil kembali memainkan peran lama mereka: korban utama.

 

Seperti yang dialami oleh Sumanti, seorang petani karet asal Kecamatan Seluma Barat. Ia kini menyadap karet dengan kendaraan paling hemat energi di dunia—kaki sendiri. Penyebabnya? Harga BBM eceran menembus angka Rp 20 ribu per liter.

 

“Biarlah jalan kaki. Kalau beli BBM, sampai Rp 20 ribu per liter. Lebih baik uangnya buat beli beras. Perut lebih penting daripada motor,” ujarnya, Rabu (28/5), dengan nada getir tapi realistis.

 

Tak hanya petani, krisis BBM ini juga membuat para pedagang keliling terpaksa ‘cuti paksa’. Hendro, seorang penjual sayur yang biasa keliling kampung, memutuskan untuk berhenti berjualan sementara.

 

“Untung nggak seberapa, tapi harga minyak luar biasa. Daripada rugi terlalu dalam, saya istirahat dulu. Ya, risikonya pelanggan kecewa. Tapi siapa yang bisa jualan pakai angin?” katanya.

 

BACA JUGA:Nelayan Seluma Seperti Dilarang Melaut, BBM Jadi Barang Mewah di Seluma. Kasus Klasik Tetapi Tragis

BACA JUGA: DPRD Seluma Minta SPBU Tak Layani Pengunjal, Agar Antrean BBM Tak Panjang

Pemandangan antrean panjang di SPBU kini menjadi atraksi wisata baru di Seluma. Warga menyaksikan kendaraan roda dua dan empat berjejer dengan sabar, berharap satu tetes BBM bisa menyelamatkan hari mereka. Ironisnya, saat ini BBM terasa lebih eksklusif dibanding emas atau barang mewah.

Sumber:

Berita Terkait