Jejak Sejarah Kerajaan Sekayu / Musi: Dinamika Kekuasaan di Bumi Uluan

Jejak Sejarah Kerajaan Sekayu / Musi: Dinamika Kekuasaan di Bumi Uluan

Radarseluma.disway.id - Jejak Sejarah Kerajaan Sekayu / Musi: Dinamika Kekuasaan di Bumi Uluan--

1. Raden Baya Sakti (±1350 – 1380 M) Pendiri kerajaan, meletakkan dasar pemerintahan adat Sekayu dan membuka jalur perdagangan dengan Palembang.

2. Raden Senggoro (±1380 – 1415 M) Putra Raden Baya Sakti, memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Musi Rawas.

3. Raden Arya Mulia (±1415 – 1450 M) Menjalin hubungan diplomasi dengan kerajaan di Jambi dan Hulu Lematang.

4. Raden Sura Jaya (±1450 – 1490 M) Masa kejayaan ekonomi, lada dan rotan dari Sekayu terkenal di pasar Malaka.

5. Raden Kerta Bumi (±1490 – 1525 M) Menghadapi ekspansi awal Kesultanan Palembang, mulai ada pengaruh Islam masuk ke lingkungan kerajaan.

6. Raden Pati Kusuma (±1525 – 1570 M) Menguatkan posisi kerajaan, namun mulai terjadi ketergantungan politik dengan Kesultanan Palembang.

7. Depati Gading Sakti (±1570 – 1620 M) Raja terakhir yang benar-benar berdaulat penuh. Setelah wafatnya, kekuasaan Sekayu mulai melemah.

BACA JUGA:Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara

Masa Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Sekayu

Kerajaan Sekayu mulai mengalami kemunduran pada abad ke-17, seiring menguatnya dominasi Kesultanan Palembang Darussalam. Sultan-sultan Palembang berusaha mengintegrasikan seluruh daerah uluan, termasuk Sekayu, ke dalam wilayahnya.

Proses Islamisasi yang berlangsung di Palembang juga memengaruhi kerajaan-kerajaan uluan. Raja-raja Sekayu akhirnya menjadi vasal atau bawahan Kesultanan Palembang, meski tetap memegang otoritas lokal dalam adat.

Puncaknya, pada awal abad ke-18, Kerajaan Sekayu tidak lagi disebut sebagai kerajaan mandiri. Ia melebur ke dalam sistem pemerintahan Kesultanan Palembang dengan status marga atau wilayah adat yang dipimpin oleh seorang Depati atau Pangeran marga.

Kehadiran Belanda pada abad ke-19 yang kemudian menaklukkan Kesultanan Palembang semakin menghapus jejak kerajaan-kerajaan kecil, termasuk Sekayu. Nama besar kerajaan hanya bertahan dalam tradisi lisan, kisah rakyat, dan toponimi daerah.

Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Sekayu atau Kerajaan Musi Uluan adalah salah satu entitas politik penting di pedalaman Sumatera Selatan. Meski tidak sebesar Sriwijaya atau Kesultanan Palembang, keberadaannya menjadi simpul budaya dan ekonomi di jalur Sungai Musi.

Kerajaan ini berdiri dari warisan tradisi masyarakat uluan, mencapai kejayaan pada abad ke-15 hingga 16 M, lalu melemah pada abad ke-17 karena pengaruh Kesultanan Palembang. Daftar raja-raja yang memimpin menunjukkan bagaimana tradisi kepemimpinan lokal berjalan turun-temurun.

Jejak sejarah Kerajaan Sekayu mengajarkan bahwa kekuasaan di Nusantara tidak selalu berada di pusat besar, melainkan juga tumbuh di pedalaman dengan kekuatan ekonomi, adat, dan budaya yang khas. Masyarakat Sekayu hari ini masih menyimpan memori kolektif tentang kerajaan leluhur mereka.

Sumber:

Berita Terkait