Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara

Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara

Radarseluma.disway.id - Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara--

Warisan Sriwijaya bukan sekadar romantika masa lalu. Ia mewariskan etos maritim, jiwa niaga, dan tradisi keilmuan yang relevan bagi Indonesia modern sebagai negara kepulauan. Bagi Sumatra Selatan, nama Sriwijaya hidup dalam identitas budaya, toponimi, hingga semangat kebangsaan dari olahraga (Sriwijaya FC) sampai ikon-ikon kota di Palembang.

Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Sriwijaya berdiri di pertemuan sungai dan samudra, memadukan strategi geopolitik selat, ekonomi pelabuhan, dan prestise keilmuan. Sejak fondasinya di bawah Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada akhir abad ke-7, kerajaan ini mencapai puncak pamor sebagai pusat perdagangan internasional dan studi Buddhis pada abad ke-7–10, mengendalikan jalur-jalur strategis dari Sumatra Selatan, Semenanjung Melayu, hingga simpul-simpul niaga di kepulauan sekitarnya. Meski diguncang serangan Chola (1025 M), kompetisi pelabuhan, dan pergeseran kekuasaan ke Melayu–Dharmasraya, warisan Sriwijaya tetap mengalir terutama dalam Bahasa Melayu, jaringan budaya maritim, dan memori kolektif kawasan.

Menulis tentang Sriwijaya adalah menulis tentang laut sebagai panggung sejarah Nusantara. Di Palembang dan sepanjang Sungai Musi, gema kejayaan itu masih terasa: pada nama, benda, dan cerita yang diwariskan. Dengan memahami Sriwijaya, masyarakat Sumatra Selatan dan Indonesia pada umumnya dapat memetik pelajaran penting: bahwa inovasi, jejaring, dan kendali jalur strategis adalah akar dari kemakmuran. Semoga Jejak Agung Sriwijaya ini menginspirasi generasi kini untuk kembali memandang laut bukan sebagai batas, melainkan sebagai ruang peluang sebagaimana yang dilakukan leluhur kita seribu tahun yang lalu. (djl).

Sumber:

Berita Terkait