Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara

Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara

Radarseluma.disway.id - Jejak Agung Sriwijaya: Dari Palembang Menjadi Poros Maritim Asia Tenggara--

Sebagai thalassokrasi, batas Sriwijaya bukan selalu garis darat yang tegas, melainkan jaringan pelabuhan taklukan dan mitra dagang. Namun, sumber epigrafi dan berita asing menggambarkan cakupan pengaruhnya meliputi:

• Sumatra bagian selatan hingga tengah: Palembang, Bangka, Belitung, Jambi (Melayu), Lampung.

• Semenanjung Melayu: Kedah, Pahang, Trengganu, dan wilayah pesisir lainnya yang penting sebagai pangkalan logistik di jalur Tiongkok–India.

• Sebagian pesisir Kalimantan dan kepulauan sekitar: sebagai simpul niaga dan tambatan armada.

• Jaringan hingga Jawa Barat dan pesisir lain: bergantung periode, berupa aliansi, tribut, atau dominasi singkat untuk mengamankan jalur rempah.

Dalam banyak kasus, hubungan itu berupa tribut dan proteksi pelayaran. Sriwijaya memberi jaminan keamanan dan fasilitas pelabuhan; sebagai imbalannya, daerah mitra tunduk pada regulasi bea dan protokol diplomatik Sriwijaya.

Para Raja: Nama-Nama Kunci & Kronologi Ringkas

Dokumentasi raja Sriwijaya tidak selengkap dinasti agraris. Namun, beberapa nama berikut terkonfirmasi atau kuat secara sumber:

1.Dapunta Hyang Sri Jayanasa (fl. sekitar 682–awal abad ke-8) Pendiri/penata awal, disebut jelas di Kedukan Bukit dan Talang Tuwo. Membangun basis politik–religius serta ekspedisi penaklukan. (Sejumlah Maharaja penerus abad ke-8) Nama-nama pada periode ini kerap muncul hanya sebagai gelar “Śrī Maharāja” tanpa rincian, menandai kesinambungan kekuasaan dan ekspansi jaringan pelabuhan.

2.Balaputradewa (Balaputra) (sekitar pertengahan abad ke-9) Dikenal dari Prasasti Nalanda di India. Ia menegaskan otoritas Sriwijaya (Suvarnadvipa) dan jaringan intelektual lintas samudra. Pada masanya, relasi dengan India dan dunia Buddhis sangat intens.

3.Sangramavijayottunggavarman (awal abad ke-11, hingga 1025 M) Raja yang tercatat dalam sumber-sumber India Selatan ketika ekspedisi Chola (Raja Rajendra Chola I) menyerbu pusat-pusat Sriwijaya pada 1025 M. Serangan ini menangkap sang maharaja dan merusak banyak pelabuhan penting.

4.Sri Deva (fl. akhir abad ke-12) Nama ini muncul dalam catatan Tionghoa sebagai penguasa yang mengirim upeti. Menunjukkan bahwa entitas Sriwijaya—walau melemah—masih eksis dalam diplomasi regional.

5.Dinasti Mauli (Dharmasraya, Jambi) – Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (akhir abad ke-13) Secara politik dianggap sebagai kelanjutan tradisi Sriwijaya di pedalaman Jambi setelah pusat Palembang menurun. Prasasti Padang Roco (1286 M) menandai hubungan erat dengan Jawa (Singhasari), sekaligus pergeseran gravitasi politik dari Palembang ke hulu Sungai Batanghari.

Catatan: rentang tahun banyak yang aproksimatif karena sumber primer bersifat sporadis. Meski demikian, nama-nama di atas adalah jangkar kronologi yang paling sering dirujuk dalam studi Sriwijaya.

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Pakaian Adat Pengantin Palembang: Keanggunan Aesan Gede dan Keelokan Aesan Paksangko

Sumber:

Berita Terkait