Menelusuri Asal Usul Suku Pekal di Bengkulu: Jejak Sejarah, Identitas Budaya, dan Persebaran Masyarakat

Menelusuri Asal Usul Suku Pekal di Bengkulu: Jejak Sejarah, Identitas Budaya, dan Persebaran Masyarakat

Radarseluma.disway.id - Menelusuri Asal Usul Suku Pekal di Bengkulu: Jejak Sejarah, Identitas Budaya, dan Persebaran Masyarakat--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat, serta budaya yang unik di setiap daerahnya. Keberagaman tersebut menjadi kekuatan yang memperkaya khazanah budaya nasional sekaligus menjadi identitas bangsa yang tidak ternilai harganya. Di Provinsi Bengkulu, selain dikenal dengan Suku Rejang, Serawai, Lembak, dan Enggano, terdapat pula Suku Pekal yang memiliki sejarah panjang serta tradisi khas yang membedakan mereka dari kelompok etnis lain di Nusantara.

Suku Pekal merupakan salah satu suku tua yang mendiami kawasan pesisir barat Sumatera, khususnya di wilayah bagian utara Provinsi Bengkulu. Mereka memiliki akar sejarah, bahasa, dan adat istiadat yang kuat, meski dalam perkembangannya banyak mengalami asimilasi dengan suku-suku tetangga seperti Minangkabau dan Rejang. Namun demikian, identitas budaya Suku Pekal tetap bertahan hingga saat ini dan menjadi bagian penting dari mozaik kebudayaan Bengkulu.

Artikel ini akan mengulas secara panjang lebar mengenai asal-usul Suku Pekal, proses terbentuknya identitas budaya mereka, hingga persebaran masyarakat Pekal di Bengkulu pada masa kini.

Asal Usul dan Sejarah Suku Pekal

Asal-usul Suku Pekal tidak bisa dilepaskan dari arus migrasi masyarakat di pesisir barat Sumatera. Berdasarkan kajian sejarah dan antropologi, Suku Pekal diyakini sebagai kelompok masyarakat yang berasal dari campuran antara penduduk asli Bengkulu dengan pengaruh kuat dari Minangkabau dan Melayu. Hal ini bisa dilihat dari kesamaan bahasa dan budaya mereka yang mendekati dialek Minangkabau, tetapi tetap memiliki ciri khas lokal.

Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa masyarakat Pekal sudah mendiami wilayah Bengkulu sejak ratusan tahun silam, bahkan sebelum masa kolonial Belanda. Mereka hidup di kawasan pesisir, mengandalkan hasil laut, perkebunan, serta pertanian sebagai mata pencaharian utama. Nama “Pekal” sendiri diperkirakan berasal dari istilah lokal yang berhubungan dengan kelompok masyarakat pesisir yang terorganisir dalam kekerabatan adat tertentu.

Selain itu, pengaruh dari jalur perdagangan Selat Malaka dan Samudra Hindia juga memberi warna dalam perkembangan masyarakat Pekal. Letak Bengkulu yang strategis di jalur perdagangan internasional pada masa lampau menjadikan wilayah ini sebagai tempat persinggahan pedagang dari berbagai etnis, termasuk Minangkabau, Aceh, Melayu, Jawa, bahkan bangsa asing seperti Portugis, Inggris, dan Belanda. Dari interaksi inilah, identitas Suku Pekal terbentuk melalui proses panjang akulturasi budaya.

BACA JUGA:Menelusuri Asal-Usul Suku Lembak: Identitas, Sejarah, dan Persebarannya di Bengkulu

Bahasa Suku Pekal

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Pekal dikenal sebagai Bahasa Pekal, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu. Dialek ini memiliki kemiripan dengan bahasa Minangkabau, terutama dalam kosakata dan pelafalan, namun tetap memiliki kekhasan tersendiri yang membuatnya berbeda.

Misalnya, dalam beberapa kosakata, masyarakat Pekal menggunakan istilah yang lebih dekat dengan bahasa Minangkabau, tetapi dalam struktur kalimat dan intonasi ditemukan ciri khas lokal. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Pekal merupakan hasil percampuran dari pengaruh Minangkabau, Melayu, serta bahasa daerah asli Bengkulu.

Meski begitu, seiring perkembangan zaman dan masuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penggunaan bahasa Pekal kini mulai berkurang. Generasi muda lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, meskipun di pedesaan bahasa Pekal masih cukup kuat dipertahankan sebagai identitas kultural.

Adat Istiadat dan Budaya

Budaya Suku Pekal sangat dipengaruhi oleh tradisi Melayu dan Minangkabau, terutama dalam hal sistem kekerabatan, perkawinan, serta upacara adat. Namun, mereka tetap memiliki adat khas yang diwariskan secara turun-temurun.

1. Sistem Kekerabatan

Suku Pekal menganut sistem kekerabatan patrilineal, yakni garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Hal ini berbeda dengan Suku Rejang yang juga mendiami Bengkulu, yang cenderung bercorak bilateral.

2. Adat Perkawinan

Prosesi perkawinan masyarakat Pekal sarat dengan simbol-simbol adat yang menekankan nilai kekeluargaan, musyawarah, dan gotong royong. Upacara perkawinan biasanya diawali dengan acara lamaran, kemudian dilanjutkan dengan akad nikah, dan diakhiri dengan pesta adat yang melibatkan seluruh masyarakat.

3. Tradisi Lisan dan Seni

Suku Pekal juga memiliki tradisi lisan berupa pantun, syair, dan cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, kesenian musik tradisional dengan alat musik gendang, serunai, dan gong menjadi bagian penting dalam setiap upacara adat maupun pesta rakyat.

4. Kepercayaan

Sebelum masuknya Islam, masyarakat Pekal diyakini telah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun setelah penyebaran Islam di Bengkulu, sebagian besar masyarakat Pekal kini memeluk agama Islam dan menjadikannya sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, unsur adat lama tetap melekat dan seringkali diharmonisasikan dengan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA:Menelusuri Asal Usul Suku Serawai: Jejak Sejarah, Wilayah Persebaran, dan Identitas Budaya

Persebaran Suku Pekal di Bengkulu

Secara geografis, Suku Pekal banyak tersebar di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dan sebagian di Kabupaten Mukomuko. Beberapa daerah pesisir seperti Kecamatan Putri Hijau, Ketahun, hingga Arga Makmur dikenal sebagai pusat pemukiman masyarakat Pekal. Selain itu, ada juga komunitas Pekal yang tinggal di pedalaman, meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di pesisir.

Persebaran masyarakat Pekal di Bengkulu dapat dipetakan dalam tiga lingkup utama:

• Pesisir Utara Bengkulu, terutama di wilayah Bengkulu Utara.

• Daerah perbatasan dengan Sumatera Barat, di mana terjadi interaksi dengan masyarakat Minangkabau.

• Wilayah Mukomuko, yang menjadi bagian penting dari keberadaan masyarakat Pekal hingga saat ini.

Dalam kehidupan modern, banyak masyarakat Pekal yang merantau ke kota-kota besar di Bengkulu maupun luar daerah untuk bekerja dan menempuh pendidikan. Namun, ikatan mereka dengan kampung halaman tetap kuat, terutama ketika ada acara adat atau kegiatan keagamaan besar.

BACA JUGA:Menyelusuri Asal-Usul Suku Rejang: Sejarah Perjalanan dan Persebaran di Tanah Bengkulu

Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Suku Pekal merupakan salah satu etnis penting yang mewarnai keberagaman budaya di Provinsi Bengkulu. Mereka memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi oleh migrasi, perdagangan, serta interaksi dengan berbagai etnis lain, terutama Minangkabau dan Melayu. Identitas Suku Pekal tercermin dari bahasa, adat istiadat, serta pola kehidupan yang khas, meski kini banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman.

Masyarakat Pekal umumnya tersebar di wilayah Bengkulu Utara dan Mukomuko, serta masih mempertahankan tradisi leluhur meskipun sebagian sudah mengalami asimilasi dengan budaya modern. Dalam konteks kebudayaan nasional, keberadaan Suku Pekal adalah bagian dari kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan agar tidak hilang ditelan arus globalisasi.

Dengan memahami asal-usul dan identitas budaya Suku Pekal, kita bisa melihat betapa kayanya warisan budaya Bengkulu. Suku Pekal bukan hanya sekadar kelompok etnis, tetapi juga bagian dari sejarah panjang Nusantara yang menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar karena keberagaman. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaga, melestarikan, dan mengenalkan budaya Suku Pekal kepada generasi muda agar identitas tersebut tetap hidup dan menjadi kebanggaan masyarakat Bengkulu serta Indonesia pada umumnya. (djl)

Sumber:

Berita Terkait