Makna Hijrah Hati dan Niat dalam Bulan Dzulqa’dah

Makna Hijrah Hati dan Niat dalam Bulan Dzulqa’dah

Radarseluma.disway.id - Makna Hijrah Hati dan Niat dalam Bulan Dzulqa’dah--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Bulan Dzulqa’dah adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan bagi umat Islam untuk memperbaiki diri, baik secara lahir maupun batin. Meskipun bulan ini bukan bulan yang diwajibkan untuk melakukan ibadah haji, namun bulan Dzulqa’dah mengingatkan kita akan pentingnya melakukan hijrah, tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga dari segi hati dan niat. Dalam ajaran Islam, hijrah memiliki makna yang luas dan mendalam. Hijrah tidak hanya berbicara tentang perjalanan fisik, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW ketika hijrah dari Mekkah ke Madinah, namun hijrah juga berarti perubahan yang lebih mendalam dalam diri seorang Muslim, yaitu hijrah hati dan niat.

Hijrah hati merujuk pada usaha untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin, seperti kesombongan, iri, dan kebencian, serta menggantinya dengan sifat-sifat terpuji seperti keikhlasan, kesabaran, dan tawakal. Sedangkan hijrah niat berkaitan dengan tekad dan tujuan dalam setiap amal perbuatan yang dilakukan, yang semestinya hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. Dalam bulan Dzulqa’dah yang penuh keberkahan ini, sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan introspeksi diri dan berusaha meningkatkan kualitas iman dan amal dengan memperbaiki niat serta hati.

BACA JUGA:Merenungi Nama-Nama Allah (Asmaul Husna) di Bulan Suci

Makna Hijrah Hati

Hijrah hati adalah bentuk perubahan dalam diri yang bersifat spiritual. Hijrah ini bukan sekadar perubahan fisik atau perpindahan tempat, tetapi lebih kepada perubahan dari sifat-sifat buruk menuju sifat-sifat yang lebih baik. Hijrah hati adalah suatu perjalanan menuju Allah SWT, yang dimulai dengan mengubah pandangan, perilaku, dan sikap batin seseorang. Ini adalah langkah pertama untuk mencapai ketenangan jiwa dan meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 16:

"أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ"

Artinya: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan apa yang telah diturunkan dari kebenaran, dan janganlah seperti orang-orang yang diberikan kitab sebelumnya, yang masa (waktu) panjang bagi mereka, lalu hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka yang fasik." (Al-Hadid: 16)

Ayat ini menekankan pentingnya kelembutan hati dalam menerima petunjuk Allah. Hijrah hati adalah usaha untuk membersihkan hati dari kerasnya penyakit hati yang dapat menjauhkan kita dari Allah SWT. Hati yang keras sulit menerima kebaikan, sementara hati yang lembut akan lebih mudah untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Oleh karena itu, hijrah hati merupakan langkah penting untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits:

"إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُدْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ"

Artinya: "Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada sepotong daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati." (Riwayat al-Bukhari)

Hadits ini mengajarkan kita bahwa hati adalah pusat dari segala perbuatan kita. Jika hati kita baik, maka segala perbuatan kita juga akan baik. Oleh karena itu, hijrah hati menjadi sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.

Sumber: