Abu Nawas dan Seekor Kambing Ajaib

Abu Nawas dan Seekor Kambing Ajaib

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas dan Seekor Kambing Ajaib--

Radarseluma.disway.id - Di sebuah negeri yang makmur di bawah pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, hiduplah seorang pria cerdik bernama Abu Nawas. Ia terkenal karena kecerdasannya yang luar biasa, lidahnya yang tajam, dan humornya yang selalu mengundang tawa. Suatu hari, seorang pedagang datang ke kota dengan membawa seekor kambing yang konon memiliki keajaiban.

“Kambing ini bukan sembarang kambing,” kata pedagang itu kepada orang-orang yang berkumpul di pasar. “Ia bisa berbicara, menebak pikiran manusia, dan bahkan menjawab pertanyaan yang sulit!”

Kabar tentang kambing ajaib itu pun segera menyebar hingga sampai ke telinga Khalifah Harun Al-Rasyid. Karena penasaran, ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa pedagang itu dan kambingnya ke istana.

Sesampainya di istana, pedagang itu membungkuk hormat. “Tuanku, hamba membawa seekor kambing ajaib yang bisa berbicara dan memiliki kebijaksanaan luar biasa.”

Khalifah menatap kambing itu dengan penuh minat. “Kalau begitu, buktikan bahwa kambing ini benar-benar ajaib,” katanya.

Pedagang itu tersenyum dan mendekati kambingnya. “Wahai kambing, katakan, siapa yang paling berkuasa di negeri ini?”

Kambing itu tetap diam. Pedagang itu tampak gelisah, lalu menepuk punggung kambing itu dengan lembut. “Ayo, katakan sesuatu!”

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas dan Mimpi Sang Raja Harun Al-Rasyid

Namun, si kambing tetap saja tidak mengeluarkan suara. Orang-orang yang hadir di istana mulai berbisik-bisik, merasa tertipu.

Khalifah mulai tidak sabar. “Apakah ini hanya tipuan belaka?” tanyanya dengan nada tajam.

Pedagang itu berkeringat dingin. “Ampun, Tuanku! Mungkin kambing ini sedang kelelahan. Biasanya ia akan berbicara…”

Khalifah semakin curiga dan hendak menghukum pedagang itu, tetapi tiba-tiba ia mendapatkan ide. Ia memanggil Abu Nawas.

“Abu Nawas, aku ingin engkau menguji apakah kambing ini benar-benar ajaib atau hanya akal-akalan pedagang ini,” kata Khalifah.

Abu Nawas menatap kambing itu dengan penuh minat. Ia melangkah mendekat dan berbisik ke telinga kambing itu. Orang-orang menahan napas, menunggu keajaiban terjadi.

Tiba-tiba, Abu Nawas tertawa keras. “Wahai Paduka, memang benar kambing ini luar biasa!” serunya.

Khalifah terkejut. “Apa maksudmu?”

Abu Nawas tersenyum lebar. “Kambing ini sangat bijak hingga ia tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Saat ini, ia memilih diam karena tidak ingin membongkar kebohongan tuannya.”

BACA JUGA:Abu Nawas Berbicara dengan Bayangannya

Orang-orang tertawa mendengar jawaban Abu Nawas. Khalifah pun tersenyum, menyadari bahwa ini hanyalah penipuan belaka.

“Pedagang, apakah kau pikir aku akan membiarkanmu lolos dengan kebohongan ini?” tanya Khalifah.

Pedagang itu gemetar dan segera berlutut. “Ampun, Tuanku! Hamba hanya ingin mencari rezeki…”

Khalifah berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku tidak akan menghukummu, tapi kau harus memberikan kambing ini kepada Abu Nawas sebagai hukuman atas kebohonganmu.”

Pedagang itu tidak punya pilihan selain menyerahkan kambingnya kepada Abu Nawas. Dengan senyum kemenangan, Abu Nawas membawa pulang kambing itu.

Malam harinya, Abu Nawas duduk di depan rumahnya, menatap kambing yang kini menjadi miliknya. “Kau memang tidak bisa berbicara, tapi karena dirimu, aku mendapat hadiah dari Khalifah,” katanya sambil tertawa.

Kambing itu mengembik, seakan mengerti perkataan Abu Nawas. Dan sejak saat itu, setiap kali Abu Nawas melihat kambingnya, ia selalu teringat bahwa kepandaian dan kecerdikan jauh lebih berharga daripada sekadar tipu daya.(djl)

Sumber: kau memang tidak bisa berbicara