Strategi Abu Nawas dalam Menipu Tanpa Berdosa

Radarseluma.disway.id - Strategi Abu Nawas dalam Menipu Tanpa Berdosa--
Radarseluma.disway.id - Di sebuah Negeri yang makmur di bawah pemerintahan Raja Harun Al-Rasyid, hiduplah seorang pria cerdik bernama Abu Nawas. Ia terkenal dengan kepintarannya dalam menyelesaikan masalah, bahkan sering kali menipu tanpa benar-benar berbuat dosa. Suatu hari, seorang saudagar kaya raya yang terkenal kikir bernama Haji Basir ingin menguji kecerdikan Abu Nawas.
BACA JUGA:Abu Nawas dan Pertanyaan Sulit dari Raja Al-Rasyid
Tantangan dari Saudagar Kikir
Haji Basir mendatangi Istana dan berkata kepada Raja Harun Al-Rasyid, "Paduka, Abu Nawas selalu dianggap sebagai orang yang cerdik dan jujur. Tapi saya ingin melihat apakah ia bisa menipu seseorang tanpa berdosa. Jika ia bisa melakukannya, maka saya akan menghadiahkannya sekantong emas."
Sang Raja yang menyukai permainan kecerdasan segera memanggil Abu Nawas dan menyampaikan tantangan itu. Abu Nawas, yang sudah terbiasa menghadapi berbagai tantangan aneh, tersenyum dan berkata, "Baiklah, berikan aku waktu tiga hari untuk membuktikan bahwa aku bisa menipu seseorang tanpa berdosa."
BACA JUGA:Rahasia Abu Nawas Meloloskan Diri dari Hukuman
Rencana Cerdik Abu Nawas
Abu Nawas mulai berpikir dan menyusun rencana. Ia tahu bahwa Haji Basir adalah seorang yang sangat kikir dan tidak suka berbagi hartanya dengan orang lain. Maka, ia memutuskan untuk membuat si saudagar kikir itu terkena tipuannya sendiri.
Keesokan harinya, Abu Nawas mendatangi rumah Haji Basir dengan wajah sedih. "Wahai Haji Basir, aku membutuhkan pertolonganmu. Aku sedang dalam keadaan sulit dan butuh uang untuk sementara waktu. Aku berjanji akan mengembalikannya dalam waktu seminggu," katanya dengan suara memelas.
Haji Basir yang terkenal kikir tentu saja tidak mau memberikan uangnya dengan mudah. "Aku tidak bisa memberikan uang begitu saja. Apa jaminannya bahwa kau akan mengembalikannya?" tanyanya dengan curiga.
Abu Nawas berpura-pura berpikir sejenak, lalu berkata, "Baiklah, sebagai jaminan, aku akan memberikan rahasiaku kepadamu. Rahasia ini sangat berharga dan jika kau menggunakannya dengan benar, kau bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada sekadar meminjamkan uang padaku."
Haji Basir yang tamak menjadi tertarik. "Baik, katakan rahasianya, lalu aku akan memberimu uang."
Abu Nawas mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Rahasia untuk menjadi kaya adalah dengan tidak pernah memberi pinjaman kepada siapa pun. Dengan begitu, hartamu tidak akan berkurang."
Haji Basir terkejut, lalu tertawa terbahak-bahak. "Itu benar! Jika aku tidak pernah memberi pinjaman, aku tidak akan kehilangan uang! Terima kasih atas rahasianya, tapi karena aku sekarang tahu caranya, aku tidak akan meminjamkan uang kepadamu!" katanya dengan puas.
Abu Nawas pun berpura-pura kecewa dan pergi dengan langkah lunglai.
BACA JUGA:Abu Nawas dan Raja Harun al-Rasyid: Akal Licik Sang Penyair
Balasan dari Abu Nawas
Tiga hari kemudian, Abu Nawas kembali ke istana dan menemui Raja Harun Al-Rasyid. "Paduka, aku telah menipu seseorang tanpa berdosa!" katanya dengan penuh percaya diri.
Raja yang penasaran bertanya, "Bagaimana caranya?"
Abu Nawas pun menceritakan semua yang terjadi. Raja dan para pejabat Istana tertawa terpingkal-pingkal. "Jadi, kau membuat Haji Basir menolak memberimu pinjaman dengan rahasia yang sebenarnya sudah ia jalani seumur hidupnya? Luar biasa!" kata sang Raja sambil bertepuk tangan.
Haji Basir yang hadir dalam Majelis menjadi merah padam. Ia sadar bahwa dirinya telah tertipu oleh kecerdikan Abu Nawas, tetapi ia tidak bisa marah, karena Abu Nawas tidak melakukan kesalahan apa pun. Akhirnya, karena malu, ia pun menyerahkan sekantong emas kepada Abu Nawas sesuai dengan janjinya.
BACA JUGA:Kecerdikan Abu Nawas Mengalahkan Raja
Dari kisah ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting:
- Kecerdikan bisa mengalahkan keserakahan. Haji Basir yang tamak akhirnya kalah oleh kecerdikan Abu Nawas.
- Tidak semua tipu daya itu jahat. Jika dilakukan dengan tujuan baik, seperti mengajarkan pelajaran kepada seseorang, kadang-kadang tipu daya bisa menjadi cara yang bijaksana.
- Orang yang terlalu kikir akan merugikan dirinya sendiri. Jika Haji Basir lebih dermawan, ia tidak akan terjebak dalam permainan Abu Nawas.
Dari kisah ini dapatlah kita simpulkan bahwa Klkisah ini menunjukkan bahwa kecerdikan bisa menjadi senjata ampuh dalam menghadapi orang-orang yang tamak dan kikir. Dengan cara yang unik dan tanpa merugikan siapa pun, Abu Nawas berhasil memenangkan tantangan dan sekaligus memberikan pelajaran berharga bagi si saudagar kaya. Inilah alasan mengapa ia dikenang sebagai sosok yang cerdas dan bijaksana sepanjang zaman.
Sekarang, kita bisa bertanya pada diri sendiri: apakah kita lebih seperti Abu Nawas yang cerdik atau Haji Basir yang kikir? (djl)
Sumber: