Kisah Abu Nawas dan Misteri 100 Dirham

Kisah Abu Nawas dan Misteri 100 Dirham

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas dan misteri 100 Dirham --

Radarseljma.disway.id - Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang pria cerdik bernama Abu Nawas. Ia dikenal sebagai orang yang jenaka, penuh akal, dan sering kali berhasil keluar dari situasi sulit dengan kepandaiannya. Suatu hari, seorang saudagar kaya bernama Hamid datang menghadap Sultan Harun Al-Rashid dengan sebuah keluhan.

“Wahai Paduka yang bijaksana,” ujar Hamid, “beberapa hari lalu, aku kehilangan 100 dirham. Aku curiga seseorang telah mencurinya, tapi aku tak tahu siapa pelakunya.”

Sultan mengerutkan kening. “Apakah kau punya bukti atau petunjuk siapa yang mencuri uangmu?”

Hamid menggeleng. “Tidak, Tuanku. Namun, aku menduga pencurinya pasti berada di antara orang-orang yang bekerja di pasar.”

Sultan berpikir sejenak, lalu memanggil Abu Nawas. “Wahai Abu Nawas, aku ingin kau menyelidiki kasus ini dan menemukan pencurinya. Jika kau berhasil, kau akan mendapat hadiah, tetapi jika gagal, aku akan menghukummu.”

Abu Nawas tersenyum. “Baiklah, Tuanku. Beri aku waktu semalam untuk menyelesaikan masalah ini.”

BACA JUGA:Kecerdikan Abu Nawas Mengalahkan Raja

Trik Abu Nawas

Abu Nawas segera pergi ke pasar dan mengumpulkan semua pekerja yang berada di sekitar tempat Hamid kehilangan uangnya. Ia lalu berkata, “Aku tahu seseorang di antara kalian telah mencuri 100 dirham milik saudagar Hamid. Namun, aku punya cara untuk mengetahuinya.”

Para pekerja saling berpandangan dengan cemas. Abu Nawas kemudian mengeluarkan beberapa batang lidi yang panjangnya sama dan membagikannya kepada mereka.

“Bawa pulang lidi ini,” katanya. “Malam ini, lidi orang yang bersalah akan bertambah panjang sepuluh jari. Keesokan harinya, kembalikan lidi itu padaku.”

Para pekerja yang tak bersalah merasa tenang, sementara si pencuri merasa cemas. Sepanjang malam, ia tidak bisa tidur nyenyak. Ia memikirkan perkataan Abu Nawas dan takut jika esok harinya lidi miliknya akan tumbuh lebih panjang, lalu ia akan ketahuan.

Akhirnya, sebelum tidur, ia memutuskan untuk memotong sedikit lidi itu agar tidak tampak bertambah panjang. Ia yakin dengan cara itu, ia bisa menghindari tuduhan.

BACA JUGA:Abu Nawas dan Perdebatan dengan Ulama

Terungkapnya Pencuri

Keesokan paginya, Abu Nawas mengumpulkan semua pekerja dan meminta mereka mengembalikan lidi yang ia berikan. Ia lalu memeriksa setiap lidi dengan cermat.

Saat tiba pada satu lidi yang lebih pendek dibandingkan yang lain, Abu Nawas tersenyum dan menunjuk orang yang memilikinya. “Inilah pencurinya!” serunya.

Orang itu langsung gemetar. “Bagaimana kau bisa tahu, Abu Nawas?”

Abu Nawas menjelaskan, “Aku hanya membuat tipu muslihat. Tidak ada lidi yang akan bertambah panjang. Namun, karena rasa bersalah dan ketakutan, kau memotong sedikit lidi milikmu agar tidak terlihat lebih panjang. Justru karena itu, aku tahu bahwa kaulah pencurinya.”

Sultan dan semua orang yang hadir kagum akan kecerdikan Abu Nawas. Pencuri akhirnya mengaku dan mengembalikan 100 dirham milik Hamid.

Sebagai hadiah, Sultan memberikan Abu Nawas sekantong emas, sementara pencuri dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kisah ini mengajarkan bahwa kejujuran selalu lebih baik daripada berbohong dan menipu. Rasa bersalah akan selalu menghantui orang yang berbuat jahat, sementara kecerdikan dan kebijaksanaan dapat mengungkap kebenaran tanpa kekerasan. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan bahwa ketakutan terhadap hukuman sering kali membuat seseorang melakukan kesalahan yang justru membongkar kebohongannya sendiri.(djl)

Sumber: