Mengenang Sejarah Peristiwa G30S PKI
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan|
Selasa 01-10-2024,14:47 WIB
Sejarah. Pemberontak PKI tahun 1965 menewaskan para Jendral revolusi untuk menggantikan Ideologi Pancasila --
SELUMA. Radar Seluma. Disway.id- Ketika kita mendengar atau menyebut G30S PKI kita Diingatkan pada peristiwa yang sangat menyedikan dan peristiwa yang sangat tragis atas gugurnya para Jenderal yang di bunuh dan di masukan ke dalam sumur tua atau yang di kenal dengan lobang buaya.
Setiap 30 September senantiasa diperingati sebagai peristiwa G30S/PKI. G30S ini merupakan bagian dari sejarah Indonesia.
Tanggal 30 September 1965 menjadi kenangan kelam bagi bangsa Indonesia.
Yaoti pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang bertujuan untuk mengubah ideologi bangsa Indonesia.
Saat itu Partai PKI memiliki anggota mencapai 20 juta yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang meliputi para petani dan buruh sehingga partai ini bisa menguasai dan mengontrol pergerakan serikat buruh. Partai PKI saat itu merupakan Partai Stalinis terbesar di luar Tiongkok dan Uni Soviet,
Pada bulan Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah dekret presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Soekarno juga memperkuat angkatan bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer ke posisi yang penting.
PKI menyambut baik sistem Demokrasi Terpimpin dan percaya bahwa mereka memiliki mandat untuk berkonsepsi dalam aliansi Konsepsi Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM).
Namun, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan gerakan independen kaum buruh dan petani tidak berhasil memecahkan masalah politik dan ekonomi yang mendesak.
Masalah ekonomi seperti penurunan pendapatan ekspor, penurunan cadangan devisa, inflasi yang tinggi, dan korupsi birokrat dan militer menjadi makin merajalela.
PKI juga menguasai banyak organisasi massa yang dibentuk oleh Soekarno untuk memperkuat dukungan bagi rezim Demokrasi Terpimpin.
Dengan persetujuan Soekarno, PKI memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" yang terdiri dari pendukung bersenjata mereka. Namun, para petinggi militer menentang hal ini.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI berusaha menghindari bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi dan militer. Mereka berupaya menjaga "kepentingan bersama" antara polisi dan rakyat. Pemimpin PKI, D.N. Aidit, mengilhami slogan "Untuk Ketenteraman Umum Bantu Polisi".
Sehingga Pada Agustus 1964, Aidit mengimbau semua anggota PKI untuk menjaga hubungan yang baik dengan angkatan bersenjata dan mengajak para pengarang dan seniman sayap kiri untuk membuat karya-karya yang mendukung "massa tentara".
Di akhir tahun 1964 dan awal tahun 1965, terjadi gerakan petani yang merampas tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan besar terjadi antara petani dan polisi serta pemilik tanah.
Untuk mencegah konfrontasi revolusioner makin berkembang, PKI mengimbau pendukungnya untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap pemilik tanah dan meningkatkan kerja sama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.
Pada awal tahun 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat. PKI menjawab dengan memasuki pemerintahan secara resmi. Pada saat yang sama, para jenderal militer juga menjadi anggota kabinet.
Menteri-menteri PKI duduk di sebelah petinggi militer dalam kabinet Soekarno dan terus mendorong citra bahwa angkatan bersenjata merupakan bagian dari revolusi demokratis rakyat.
Hingga pada tanggal 30 September 1965, PKI di bawah Letkol Untung melakukan penculikan terhadap para petinggi PKI yang dianggap sebagai Dewan Jenderal yang akan menggulingkan kekuasaan Soekarno. Penculikan ini dilanjutkan dengan pembunuhan para jenderal yang menolak mengakui akan melakukan pemberontakan.
Jasad para jenderal TNI AD dimasukkan ke lubang sumur tua di kawasan Pondok Gede, Jakarta (Lubang Buaya).
Pemberontakan G30S/PKI menyebar ke berbagai wilayah lain seperti Jawa dan Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Oktober 1965, Cakrabirawa dibawah pimpinan Mayjen Soeharto dikerahkan guna menguasai RRI dan Telekomunikasi guna menyebarkan kabar Presiden Soekarno dan A.H. Nasution dalam keadaan selamat.
Pada tanggal 2 Oktober 1965, operasi berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma, tempat PKI mundur dari kawasan Monas. Atas petunjuk Polisi Sukitman yang lolos dari pembunuhan PKI, pemerintah menemukan tempat jenazah para perwira TNI di lubang sumur tua (Lubang Buaya) di kawasan Pondok Gede, Jakarta.
Pada tanggal 4 Oktober 1965, dilakukan pengangkatan jenazah para petinggi TNI dan keesokan harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.
Dalam peristiwa Gerakan 30 September PKI, tujuh perwira tinggi Militer Indonesia tewas sebagai hasil dari serangan yang terjadi.
Kematian perwira-perwira ini merupakan bagian dari peristiwa tragis yang mengguncangkan Indonesia pada waktu itu dan membawa dampak yang signifikan terhadap dinamika politik dan militer di negara tersebut.
Adapun para jenderal yang tewas atas kejadian tersebut adalah:
1. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
2, Mayor Jendral Raden Soeprapto
3. Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
4. Mayor Jendral Siswondo Parman
5. Brigadir Jendral Donal Isaac Panjaitan
6. Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
7. Letnan Pierre Aandreas
Gerakan 30 September tersebut juga menewaskan sejumlah perwira militer TNI AD dan dan beberapa korban lainnya.
Dan mereka para korban kebiadaban PKI kemudian Pemerintah Negara Republik Indonesia dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi lewat beberapa Keputusan Presiden pada 1965.
Peristiwa G30S PKI terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin. (djl)
Sumber: