Biografi Nyai Ahmad Dahlan & Peran Istri Pendiri Muhammadiyah
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan|
Minggu 29-09-2024,15:22 WIB
Kajian Islam. Biografi Nyai Ahmad Dahlan & Peran Istri Pendiri Muhammadiyah--
Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id - Biografi Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah merupakan istri dari seorang pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan, perempuan ini mempunyai peran penting sebagai pendiri Aisyiyah, sebuah organisasi kelompok perempuan Persyarikatan Muhammadiyah.
Setelah berdirinya persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada 1912, 6 tahun Muhammadiyah berdiri Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi khusus perempuannya pada 1917 dibawah Panji Muhammadiyah yaitu Aisyiyah.
Peran perjuangan Nyai Ahmad Dahlan tidak hanya semasa K.H Ahmad Dahlan masih hidup namun setelah K.H Ahmad Dahlan wafat tetap semangat meneruskan perkembangan dua organisasi ini.
Sehingga hasil berperan perjuangan nya itu masih dirasakan hingga saat ini bagi kaum perempuan di Indonesia.
Siti Walidah merupakan putri seorang K.H Muhammad Fadhil lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 3 Januari 1872.
Sejak belia, Siti Walidah menganut budaya Islam sehingga sangat menjaga kehormatan keluarga sehingga Siti Walidah tidak begitu bebas untuk keluar rumah sembarangan kecuali ada keperluan penting
Sejak kecil Siti Walidah telah di didik diajarkan dan mempelajari aturan-aturan Agama Islam sehingga kesehatannya senantiasa di isi dengan giat belajar menekuni kandungan kitab suci Al-Quran. Siti Walidah sejak kecil memiliki kepercayaan diri dan berani mengajarkan pengetahuan Islam kepada masyarakat
Pada usia 17 tahun Siti Walidah di dipersunting oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1889 sehingga ia menjadi orang yang paling utama dalam hal memberikan dukungan dalam setiap perjuangan sang suami K.H Ahmad Dahlan kala itu nama K.H Ahmad Dahlan saat menikahinya masih bernama Muhammad Darwisy.
Setelah menikah menjadi istri K.H Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah tentu banyak peran serta dalam perjuangan nya dalam membesarkan organisasi Muhammadiyah, sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah
Siti Walidah bersama suaminya membangun sebuah Madrasah pada tahun 1911 di daerah Kauman, Yogyakarta.
Dalam waktu enam bulan, sekolah Islam yang didirikan nya tersebut mengalami perkembangan cukup pesat hingga memiliki santri mencapai 62 orang.
Baru setelah berjalan sebuah Madrasah yang mereka dirikan berjalan sebagai sarana pendidikan setahun kemudian K.H Ahmad Dahlan secara resmi mendirikan organisasi Muhammadiyah dan hal tersebut tidak terlepas peran penting Siti Walidah yang memberikan dukungan dan semangat kepada K.H Ahmad Dahlan
Kala itu para ibu-ibu banyak bekerja sebagai buruh batik di daerah nya Kampung Kauman dan Siti Walidah melihat para ibu-ibu tersebut kebanyakan tidak bisa membaca Al-Qur'an sehingga Siti Walidah memiliki keinginan untuk membina agar bisa membaca Al-Qur'an
Sehingga Siti Walidah membentuk sebuah pengajian untuk para ibu pada waktu senggang untuk memanfaatkan untuk belajar mengaji dan memperdalam pengetahuan Agama Islam
Gerakan-gerakan Nyai Ahmad Dahlan terhadap kaum perempuan ini dinamai Sopo Tresno.
Kemudian, gerakan tersebut berubah menjadi organisasi perempuan bawahan Muhammadiyah bernama Aisyiyah yang secara resmi didirikan pada tahun 1917.
Satu tahun setelah pendirian organisasi, Siti Walidah kembali berperan dalam pendirian Pesantren di daerah Kauman. Selanjutnya, pada 1926, perempuan ini ditunjuk sebagai pemimpin rombongan Aisyiyah dalam Mu’tamar Muhammadiyah.
Muktamar Muhammadiyah ini diklaim sebagai bentuk musyawarah paling tinggi di Persyarikatan Muhammadiyah. Pada saat itu, Nyai Ahmad Dahlan memimpin rombongan organisasi perempuannya ke Surabaya.
Pada saat itulah disampaikan wasiat K.H. Ahmad Dahlan, ihwal menjaga semangat hidup Muhammadiyah. Lantas, Siti Walidah berpesan menitipkan Aisyiyah sebagaimana suaminya menitipkan Muhammadiyah kepada kepada generasi penerus.
Atas perjuangan Nyai Ahmad Dahlan yang telah mendidik dan membina wanita-wanita muda sebagai calon-calon pemimpin Islam,
Sehingga pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan Nasional kepada istri K.H. Ahmad Dahlan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 042/TK/Tahun 1971.
Dan Siti Walidah tutup pada 31 Mei 1946 pada usia lebih kurang 74 tahun di makamkan di komplek Masjid Gedhe Kauman, DI Yogyakarta yang terletak tidak jauh dari alun-alun Utara Kota Yogyakarta.
Berkat peran perjuangan nya dalam memperjuangkan harkat martabat para perempuan hingga saat ini organisasi yang didikan yaitu Aisyiyah di bawah panji Muhammadiyah terus berkembang dalam berperan aktif dalam mensyiarkan Agama Islam dan perempuan tidak tertinggal dalam untuk berperan aktif tanpa menyampingkan tugas sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. (djl)
Sumber: