Cage-Free District, Prawirotaman-Tirtodipuran Yogyakarta Jadi Kawasan Bisnis Peduli Hewan

 Cage-Free District,  Prawirotaman-Tirtodipuran Yogyakarta Jadi Kawasan Bisnis Peduli  Hewan

Yogyakarta adalah pionir Cage-Free District di Indonesia dan diharapkan menjadi contoh bagi kota-kota lain--

 

 

Nino dari ViaVia Bakery, sebagai salah satu bisnis yang sudah berkomitmen cage-free menyampaikan alasan mereka berkomitmen bebas sangkar, “Selain karena konsep kami adalah eco-friendly kami juga ingin memastikan produk kami bebas dari kekejaman terhadap binatang. Setelah berkomitmen kami mendapat respons positif dari konsumen, karena mereka mau makan sesuatu yang membuat mereka nyaman dan senang, dan mereka menyukai produk telur cage-free”.

 

BACA JUGA:Kamis Ini PDIP Seluma Keluarkan Surat Tugas, Siapa Yang Didukung Calon Bupati Seluma?

 

 

Transisi dari kandang baterai ke bebas sangkar didorong oleh kesadaran pelaku usaha akan pentingnya kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur. Saat ini, 2500 perusahaan makanan besar di seluruh dunia telah membuat komitmen untuk hanya menggunakan telur bebas sangkar dalam rantai pasoknya.

 

 

Sistem kandang sangkar atau lebih dikenal kandang baterai jauh dari lima prinsip kebebasan hewan; ayam di kandang baterai menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam rasa sakit. Riset menunjukkan, mobilitas terbatas ayam petelur dalam kandang baterai memengaruhi perkembangan tulang ayam hingga sakit fisik. Salah satu penyumbang terbesar terhadap rasa sakit dalam sistem kandang baterai adalah kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar bagi ayam, seperti tidak adanya sarang, tempat bertengger (tempat mereka istirahat dan tidur), atau ruang untuk mencari makan. 

 

 

Survei menunjukkan mayoritas konsumen dunia termasuk di Asia mengkhawatirkan kesejahteraan ayam petelur. Di 14 negara yang beragam secara budaya, geografis, dan politik, sebagian besar dari 4.292 peserta dalam penelitian ini mengonsumsi telur dan menganggap penting bahwa ayam tidak menderita dalam proses produksinya. Mayoritas peserta lebih memilih untuk membeli telur dari ayam yang tidak dipelihara dalam kandang baterai. Temuan penelitian ini tidak hanya memberi peringatan kepada produsen telur mengenai preferensi dan tren pasar yang potensial, tetapi juga sebagai kesempatan untuk pengembangan pasar.

 

Sumber: