Mengisi Jelang Akhir Ramadhan

Mengisi Jelang Akhir Ramadhan

--

 

 
Oleh :
Ustadz Maulidil Rahman
Ketua MUI Kecamatan Seluma Utara
 
 
Puji dan puja serta rasa syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan nikmat sehat, iman dan Islam sehingga kita masih dapat menjalankan serangkaian ibadah Ramadhan hingga saat ini.
 
 
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah Baginda Muhammad SAW beserta keluarga para sahabat serta orang-orang yang senantiasa Istiqomah hingga Yaumil akhir.
 
 
Pembaca setia Radar Seluma yang di rahmati Allah SWT.   
 
Tanpa terasa kita sekarang sudah memasuki bagian-bagian akhir pada bulan Ramadhan. 
Kita perlu mengoreksi diri kita sendiri sebagai bahan evaluasi. 
Mulai awal Ramadhan kemarin sampai hari ini, apakah kualitas dan kuantitas ibadah kita sudah sesuai yang kita harapkan? 
Apabila sudah, mari kita jaga sekuat tenaga hingga akhir Ramadhan. 
Jika belum sesuai dengan ekspektasi kita, mari kita tingkatkan dengan sebaik-baiknya.
 
"Innamal a'malu bil khawatim" 
 
artinya: 
“Setiap amal tergantung dengan endingnya”   
 
 
Seperti orang yang sedang membangun rumah, kita ini sudah membangun rumah 70 persen. 
Bagaimana yang 30 persen sisanya, ini sangat menentukan. 
Kalau finishing-nya bagus, akan jadi rumah yang indah, tapi jika finishing-nya dikerjakan secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan mendapatkan nilai buruk hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk. 
 
  
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada sepertiga bulan Ramadhan akhir ini. 
Di antaranya bahwa Allah menciptakan umat Muhammad penuh dengan keistimewaan. 
Sebagian keistimewaannya adalah Allah menciptakan umat Muhammad sebagai umat yang lahir di muka bumi ini pada bagian paling akhir. Kenapa?
 
Karena apabila ada umat  Muhammad yang menjadi seorang pendosa, seumpama ia mati, di kuburan disiksa tidak terlalu lama lagi kiamat akan datang, ia akan dientaskan dari siksaan kubur. 
Jika ia dalam keadaan membawa iman, ia akan berpeluang besar mendapatkan syafaat Rasulullah ﷺ. Kata Rasulullah 
 
 
"Syafaati li ahlil khair min ummati"
    
Artinya: 
 
“Syafa’atku untuk para pendosa besar dari umatku.” (HR Abu Dawud dan At- Tirmidzi)    
 
Ada keutamaan lain, umat Muhammad tidak diciptakan oleh Allah dengan umur yang panjang-panjang, 500 tahun, 700 tahun dan lain sebagai. Umur umat Muhammad rata-rata antara 60 sampai 70 tahun. 
Hal ini disebutkan dalam hadits Nabi Artinya: 
 
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang melewati usia tersebut.” (HR At-Tirmidzi)    
 
Umur yang pendek-pendek ini di antara hikmahnya adalah supaya umat Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. 
 
 
Umat Muhammad diberi oleh Allah umur yang pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan peluang lailatul qadar sehingga apabila lailatul qadar ini bisa digunakan dengan baik, hal tersebut lebih baik daripada seribu bulan atau 83 tahun lebih yang tidak malam lailatul qadarnya, maka, seumpama ada umat Muhammad mulai ia baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun ia bisa menggunakan malam lailatul qadar dengan sebaik mungkin sedangkan umurnya sampai 63 tahun, ia berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun yang tidak ada lailatul qodarnya, betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat yang lain.   
 
 
Lailatul qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. 
 
Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan. 
Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya kita mau menjaring terus menerus. 
Dengan begitu, selama Ramadhan kita berusaha memenuhinya dengan ibadah-ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar itu banyak yang jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.    
Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana beliau memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. 
Di antaranya Rasulullah telah memberikan contoh kepada kita melalui Hadits yang diriwayatkan oleh istrinya Aisyah radliyallahu anha:   
Artinya: 
 
“Nabi ﷺ ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari Muslim) 
 
Pengertian “mengencangkan sarungnya”, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam tafsirnya Fathul Bari, adalah Rasulullah ﷺ memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri beliau selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. 
Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala.    
Hadits tersebut terkandung maksud bahwa cara Rasulullah menghidupkan malam lailatul qadar adalah dengan tidak menjadikan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut sebagai momen bermalas-malasan dan sarat tidur. 
Orang tidur sama dengan mati, maka lawan katanya adalah menghidupkan. Rasulullah menghidupkan malam dengan terjaga, beribadah, tidak mengisinya dengan tidur, 
Selain itu, Baginda Nabi juga memperhatikan masalah ibadah keluarganya. 
Beliau tidak ibadah sendirian sedangkan keluarga yang lain santai-santai, tidak. Rasulullah membangunkan keluarganya untuk beribadah malam, bersujud kepada Allah subhanahu wa ta'ala. 
 
Amalan lain yang selalu dilakukan oleh Rasulullah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah i'tikaf. 
Kisah ini diceritakan oleh Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha, istri beliau berkata Artinya: 
 
“Sesungguhnya Nabi Muhammad ﷺ i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’ala kemudian istri-istri beliau i'tikaf setelah beliau kembali ke rahmatullah.” (HR Bukhari)    
 
Pembaca setia Radar Seluma rahimakumullah
 
 
Hadits di atas menunjukkan bahwa i'tikaf merupakan pekerjaan penting sehingga Rasulullah melaksanakan tidak hanya beberapa hari saja di sepuluh akhir bulan Ramadhan. 
Tidak juga hanya melaksanakan pada salah satu Ramadhan, namun setiap sepuluh akhir Ramadhan sampai beliau meninggalkan kan dunia. 
 
Kita patut mencontoh sunnah Nabi yang seperti ini.
 
Akhirnya mudah-mudahan kita bisa mengakhiri Ramadhan ini dengan kualitas ibadah yang baik, dan semua ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan kita pada akhirnya menjadi insan-insan yang bertaqwa sebagaimana diharapkan oleh Allah SWT sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran dalam surat Al-Baqarah ayat 153 dan mudah-mudahan kita masih diberikan oleh Allah umur yang panjang, di berikan kesehatan dan Rizki yang barokah sehingga kita dipertemukan di bulan suci Ramadhan yang akan datang Aamiin aamiin Allahumma Aamiin
 
Nasrun minallah wafathun qarib
Wassalamualaikum Wr.Wb 

Sumber: