Hidup Adalah Penghambaan Kepada Allah Hingga Akhir Hayat
Reporter:
Eldo Fernando|
Editor:
Eldo Fernando|
Minggu 09-04-2023,20:46 WIB
--
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahilladzi An'ama 'Alaina Wa Hadaanaa 'Ala Diniil Islaam.
Asyhadu allaa ilaaha illallohu wahdahu laa syariikalah, lahul malikud dayyaan. Wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhul mab’utsu ilal insi wal jaan
Pembaca Radar Seluma yang dirahmati Allah.
Segala puji hanya milik Allahu Rabbi.
Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur.
Nikmat iman, nikmat Islam, sampai nikmat sehat wal afiat sehingga kita bisa dapat melaksanakan setiap aktifitas kita sebagai bentuk pengabdian dan penghambaan kita kepada-Nya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi akhirul jaman, seorang Nabi yang lahirnya saja membuat goncang alam semesta, membuat heboh para malaikat Allah SWT, yang kalau bukan karenanya tidak akan Allah ciptakan alam semesta ini.
Nabi agung nan Mulia Muhammad SAW.
Semoga kita nantinya berada di barisan sama bersama dengan Rasulullah SAW Nantinya Aamiin aamiin Allahumma Aamiin.
Mengawali tausyiah kali ini kita buka dengan sebuah pertanyaan.
Sampai kapan kita beribadah (sholat, puasa, zakat, dan lai-lain) kepada Allah?
Ya, jawabnya sampai kita kembali kepada-Nya
Sampai ruh dan jasad ini berpisah penghambaan kita tidak akan pernah berakhir.
Karena tujuan penciptaan kita selaku ummat manusia adalah menghamba dan mengabdi kepada-Nya
Sebagaimana Allah tuangkan dalam firman-Nya Qs. Az-zariyat : 56
"Wamaa kholaqtuljina walinsa kelayakanbuduun"
Yang artinya:
“Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
Maka jika ayat ini kita masukkan ke dalam hati relung kita maka tidak akan rasa malas, berat dan lalai dalam melaksanakan segala perintah-Nya.
Seseorang yang menyadari penciptaan Tuhan terhadap dirinya ia akan melaksanakan perjanjian dengan Tuhannya (Alastu birabbikum, qālū balā syahidnā).
Karena kita sadari bahwa tujuan penciptaan kita adalah untuk penghambaan pada-Nya.
Para pembaca Radar Seluma yang Budiman
Semoga Ramadhan ini, benar-benar menempah diri kita untuk menjadi hamba yang ikhlas seutuhnya dalam melaksanakan segala perintah Allah yg telah termaktub di dalam Al-Quran dan Hadits Rasulullah.
Menyadarkan diri kita bahwa Allah memberikan kelebihan akal dan pikiran yang membedakan kita dengan makhluk Allah yg lainnya.
Apabila kita menggunakan akal dan pikiran tersebut dalam rangka mencari ridho Allah SWT maka itulah sebab kita menjadi mulia di hadapan-Nya. Sebaliknya apabila kita menuruti hawa nafsu kita maka jadilah kita makhluk yang hina di hadapan Allah SWT dan siksa yang pedih menanti kita di Akhirat sana.
Sebuah kata-kata indah dari Buya Hamka ulama besar dari tanah Minang Kabau mengatakan:
“Kalau hidup sekedar hidup, Babi di hutan pun hidup.
Kalau bekerja sekedar bekerja, Kerbau di sawah juga bekerja”
Semoga kata-kata ini dapat melecut kita agar kita berpikir bahwa hidup di dunia ini hanyalah perjalanan singkat, waktu yang kita habiskan untuk mengejar dunia, siang malam banting tulang peras keringat demi mengumpulkan harta benda yang nanti akan kita tinggalkan. Maka jika kita inginkan harta benda yang kita kumpulkan, atau pekerjaan yang menjadi rutinitas kita setiap hari bernilai pahala dihadapan Allah.
Maka niatkan semua itu demi mencari ridho-Nya Allah SWT semata-mata.
Apakah kita tidak boleh mencari dan mengumpulkan harta dunia?
Boleh , silahkan saja bekerja, berniaga dan mencari harta di dunia ini.
Tapi ketika datang panggilan azan, penuhi panggilan-Nya.
Ketika sampai nisab Zakat keluarkan zakatnya.
Ketika datang Ramadhan laksanakan perintah untuk berpuasa dan begitu seterusnya.
Yang dilarang adalah ketika semua pekerjaan dan perniagaan dunia itu menjadikan kita lalai dari mengingat Allah SAW.
Harta merupakan pendukung ibadah. “Bagaimana dengan harta itu bisa laksanakan haji, bisa berzakat, bersekedah, dan sebagainya.
Ini semuanya adalah harta yang kita gunakan untuk mendukung ta’abbud kepada Allah,”
Bagaimana Islam memandang harta dan kepemilikan terhadap sesuatu?
Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia.
Pembaca yang Budiman.
Ramadhan memiliki makna penting sebagai bulan yang mengajarkan kesalehan individual dan kesalehan sosial.
Melalui bulan Ramadhan ini dapat mengantarkan umat Muslim menuju peningkatan derajat kesalehan secara paripurna sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi artinya:
"bahwa belum sempurna keimanan seseorang jika belum mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri"
Semoga Ramadhan ini menjadikan kita pribadi-pribadi yang semakin taat dan menyadarkan kita bahwa penghambaan kepada Allah SWT tidak akan berhenti sampai kita kembali kepadan-Nya
Pembaca Radar Seluma yang dirahmati Allah SWT.
Jangan biarkan hari berlalu tanpa ada kebaikan yang kita lakukan
Semoga Allah senantiasa merahmati kita di bulan mulia ini dan kita benar-benar menjadikan Ramadhan ini sebagai sarana penghambaan yang semakin menguatkan iman dan taqwa kita.
Sebaliknya jika sekelas Ramadhan ini saja tidak mampu merubahmu menjadi lebih baik dan taat, maka tangisilah dirimu.
Barangkali pekatnya dosa telah menutupi mata hatimu dari terangnya cahaya hidayah.
Jika benar datangnya Allah SWT,
jika terdapat kesalahan datangnya dari hamba yang dhoif ini.
Kepada Allah mohon ampun, kepada para pembaca mohon dimaafkan.
Barakallahu fiikum
Nasrumminallah wa fathun qarib. Fastabiqulkhairat
Wassalamu’alaikum wr wb
Biodata Penceramah
Ustadz Supriadi Hartoyo, M.Pd
Sekretaris Umum PD Pemuda Muhammadiyah Seluma
Sumber: