Bengkulu Selatan Kembangkan Padi Organik
Bupati BS Gusnan Mulyadi saat menijau sawah--
BENGKULU SELATAN - Permasalahan ketersediaan pupuk kimia masih menjadi momok bagi petani. Pasalnya, pupuk dibutuhkan oleh petani masih sulit. Jika itu ada, harganya melambung tinggi. Untuk mengatasi kelangkaan pupuk subsidi, saat ini petani sawah di Bengkulu Selatan (BS) mulai menggalakan penanaman padi organik tanpa menggunakan bahan kimia. Bahkan berharap nantinya Bengkulu Selatan (BS) bisa menjadi sentra padi organik.
"Alhamdulillah hasil panen padi organik bagus,"ungkap Wahidin ketua kelompok tani Pematang Gambir, Seginim.
Dikatakan Wahidin, sebelumnya, biaya produksi padi mulai dari penyiangan lahan hingga masa panen menghabiskan biaya hingga Rp 5 juta perhektar. Namun dengan organik hanya menghabiskan dana Rp 2 juta per hektar. Pengembangan padi organik ini setelah kelompoknya mendapat bimbingan dan pembinaan dari dinas pertanian BS yang bekerja sama dengan pihak Bank Indonesia.
"Biaya lebih hemat hingga lebih 50 persen dari sebelumnya,"kata Wahidin.
Wahidin mengaku untuk pengolahan sawah padi organik, untuk pemupukan menggunakan pupuk kompos.Pupuk tersebut sebagai pupuk yang terdiri dari bahan organik yang telah melalui proses rekayasa oleh mikroorganisme. Microbacter Alfaafa – 11 (MA-11) merupakan salah satu aktivator yang mampu merombak bahan organik dengan sangat cepat. Bahannya terdiri dari kotoran sapi, sekam padi, bonggol/batang pisang, hijauan, dan bekatul (dedak). Sedangkan untuk racun hama menggunakan bahan organik juga yang terdiri dari air kelapa, tuba, gadung, bini mahoni dan juga kakao.
"Hasil produksi bahkan lebih banyak dari menggunakan bahan kimia,"papar Wahidin.
Untuk mendapatkan kotoran sapi, Wahidin mengaku cukup dengan modal beternak sapi tiga ekor. Menghasilkan urine dan kotorannya yang cukup untuk menjadi bahan pupuk dan bahan racun untuk lahan sawah seluas satu hektar.
"Kami akan terus kembangkan padi organik ini dan berharap ke depan semakin banyak petani yang ikut menanam padi organik,"pungkas Wahidin.
Bupati BS, Gusnan Mulyadi, SE.MM mengaku padi organik merupakan program inovasi pertanian yang padinya 100 persen organik tanpa pestisida herbisida dan tanpa pupuk kimia. Hal ini sangat menguntungkan selain hemat biaya juga harga beras akan jauh lebih mahal karena tanpa unsur kimia.
"Ya, harga beras organik lebih mahal dari beras premium, jika beras premium Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per kg, kalau beras organik mencapai Rp 40 ribu per kg,"ungkap Gusnan.
Dikatakan Gusnan, beras organik bisa masuk ke pasar - pasar modern. Selain itu juga bisa diekspor. Untuk Pengembangan beras organik ini, setiap hektar sawah bisa memelihara 3 ekor sapi. Setiap tiga ekor sapi, kotoran dan urine cukup untuk pupuk dan racun satu hektar sawah. Untuk itu, warga agar mengkandangkan semua ternaknya.
"padi organik akan terus kita kembangkan, agar nanti bisa jadi sentra produksi beras organik,"demikian Gusnan.(yes)
Sumber: