Dahlan Iskan Puji Media yang Pertama Kali Memuat Peristiwa
Ternyata, yang menjadi pijakan media adalah konferensi pers yang digelar 11 Juli 2022. Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan yang pertama kali menyampaikan adanya insiden berdarah itu.
Nah, dari bahan konferensi pers itulah wartawan sudah mulai bisa menulis peristiwa yang terjadi. Minimal sebagai pijakan reportase.
“Di zaman sekarang, ternyata cara merahasiakan peristiwa sensitif masih sama. Termasuk soal tembak-menembak polisi itu. Sampai tiga hari kemudian pun belum ada wartawan yang tahu. Hebat sekali. Kalau itu di zaman Orde Baru tidak ada yang heran. Ini terjadi di zaman medsos,” sambung Dahlan Iskan.
Di bagian lain, Dahlan juga menyebut, wartawan tertolong oleh ‘bisik-bisik-keras’ media sosial. Sehingga, wartawan punya alasan untuk melakukan konfirmasi ke sumber yang kompeten.
“Itulah yang disebut fakta model baru. Di dunia media masa kini,” imbuhnya.
Lalu mengapa rahasia yang begitu rapat itu akhirnya dibuka ke publik. Kemungkinan pertama, sebut Dahlan, sudah berkembang bisik-bisik di lingkungan terbatas Polri.
Baru pascakonfrensi pers, insiden polisi tembak polisi itu pun ramai. Penyajian di masing-masing media beragam. Isinya pun tak lepas dari ‘bumbu’ yang dikemas sedemikian rupa.
Sumber: