'Nangguak', Tradisi Tahunan yang Menyatukan Warga Menjelang Hari Raya Kurban
nangguak--
Seruan tersebut langsung disambut dengan antusiasme warga yang berhamburan menuju tengah tebat untuk segera memulai Nangguak.
Tidak lama setelah itu, suara pekikan kembali terdengar dari tengah tebat. Seorang peserta dengan penuh semangat mengangkat ikan gabus seukuran lengan orang dewasa, memancing tepuk tangan dan sorakan penonton di sekeliling tebat.
"Selain sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga sudah menjadi tradisi tahunan kami dan menjadi salah satu bentuk rekreasi masyarakat," ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah aturan yang harus dipatuhi. Peserta hanya diperbolehkan menggunakan alat tangkap tradisional, yakni keranjang atau saghuak. Penggunaan alat bantu lain seperti jaring besar, pancing, atau bahkan senjata tajam dilarang keras. Hasil tangkapan menjadi milik penuh peserta masing-masing, sebagai bentuk penghargaan atas jerih payah mereka.
Panitia Nangguak terdiri dari unsur perangkat desa, Badan Permusyawaratan desa (BPD) dan tokoh masyarakat. Mereka juga memiliki kewenangan terhadap hasil dari Lumpatan, yakni alat penyaring ikan yang dibangun di pintu keluar aliran air tebat. Ikan yang terperangkap dalam Lumpatan akan dibagi rata untuk seluruh panitia sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka dalam menyukseskan kegiatan ini.
Kegiatan Nangguak bukan sekadar menangkap ikan. Melainkan juga sebagai perwujudan budaya, kebersamaan dan kecintaan masyarakat terhadap warisan leluhur. Tradisi ini seharusnya dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Seluma. Dengan pengelolaan yang baik, Nangguak memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, tidak hanya dari dalam daerah tetapi juga dari luar Seluma.
Di berbagai tempat, kegiatan seperti mandi lumpur telah menjadi bagian dari atraksi wisata. Maka dari itu, Nangguak yang menyatukan tradisi, alam dan semangat gotong royong ini bisa menjadi kekuatan tersendiri dalam promosi pariwisata lokal.
Sumber: