Kesederhanaan Rasulullah SAW: Cahaya Teladan yang Membuat Dunia Kagum
Radarseluma.disway.id - Kesederhanaan Rasulullah SAW: Cahaya Teladan yang Membuat Dunia Kagum--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Rasulu
Kesederhanaan sebagai Cermin Kemuliaan Jiwa
Kesederhanaan bukan berarti kekurangan atau ketidakmampuan, melainkan pilihan sadar untuk hidup dengan zuhud menjauhkan hati dari ketergantungan pada dunia. Rasulullah SAW hidup dalam kesederhanaan bukan karena tidak mampu hidup mewah, tetapi karena beliau memahami bahwa kemuliaan sejati tidak diukur dari harta dan kemewahan, melainkan dari ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT telah memuji akhlak Nabi-Nya dalam Al-Qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh perilaku Rasulullah SAW, termasuk dalam kesederhanaannya, adalah manifestasi dari akhlak yang luhur. Beliau tidak hanya mengajarkan kesederhanaan lewat kata, tetapi juga mencontohkannya dalam seluruh aspek kehidupan: cara berpakaian, makan, berumah tangga, hingga dalam kepemimpinan.
BACA JUGA:Keteladanan Rasulullah SAW dalam Menanamkan Nilai Amanah: Cermin Keimanan dan Tanggung Jawab Sejati
Rasulullah SAW Hidup dengan Kesederhanaan dalam Setiap Aspek Kehidupan
1. Kesederhanaan dalam Pakaian
Rasulullah SAW tidak pernah mengenakan pakaian mewah atau berlebihan. Beliau mengenakan pakaian yang bersih, rapi, namun sederhana. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ أَخْرَجَتْ إِلَيْنَا عَائِشَةُ كِسَاءً مَلْحَفَةً غَلِيظَةً فَقَالَتْ فِي هَذَا قُبِضَ رُوحُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya:;“Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengeluarkan kepada kami sehelai kain kasar dan berkata: ‘Dengan kain inilah ruh Rasulullah SAW dicabut.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menggambarkan betapa Rasulullah SAW hidup tanpa kemewahan, bahkan di saat-saat terakhir hidupnya. Beliau tidak meninggalkan kekayaan, melainkan warisan spiritual berupa keteladanan akhlak dan kesederhanaan.
2. Kesederhanaan dalam Makanan
Makanan Rasulullah SAW pun jauh dari kemewahan. Beliau sering kali hanya makan kurma dan air putih, dan tidak pernah berlebihan. Dalam hadits riwayat Tirmidzi disebutkan:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ
Artinya: “Tidak ada wadah yang lebih buruk untuk diisi oleh manusia selain perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya.” (HR. Tirmidzi)
Kesederhanaan beliau dalam makan bukan karena tidak ada makanan, melainkan untuk menumbuhkan rasa syukur dan menjaga hati agar tidak terikat pada kenikmatan dunia. Beliau mengajarkan bahwa makanan bukan untuk memuaskan hawa nafsu, tetapi untuk menguatkan ibadah kepada Allah SWT.
3. Kesederhanaan dalam Tempat Tinggal
Rasulullah SAW tinggal di rumah yang sangat sederhana, berdinding dari batu dan atap dari pelepah kurma. Kamar beliau cukup untuk tidur dan beribadah. Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika beliau berdiri untuk shalat malam, kaki Aisyah radhiyallahu ‘anha sering tersentuh karena sempitnya ruangan.
Kesederhanaan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada besar kecilnya rumah, melainkan pada ketenangan hati dan keberkahan hidup. Rasulullah SAW menjadikan rumahnya sebagai tempat dzikir, ilmu, dan kasih sayang, bukan tempat untuk menumpuk harta dunia.
4. Kesederhanaan dalam Kepemimpinan
Sebagai pemimpin umat, Rasulullah SAW bisa saja hidup dalam kemewahan seperti raja, tetapi beliau memilih hidup seperti rakyat biasa. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْلِسُ كَمَا يَجْلِسُ الْعَبْدُ، وَيَأْكُلُ كَمَا يَأْكُلُ الْعَبْدُ
Artinya: “Rasulullah SAW duduk sebagaimana seorang hamba duduk, dan makan sebagaimana seorang hamba makan.” (HR. Abu Ya’la)
Beliau tidak membedakan diri dari umatnya, tidak membangun istana, tidak duduk di singgasana, dan tidak memiliki pengawal pribadi. Justru beliau hidup dengan penuh kasih, dekat dengan rakyat, dan selalu membantu mereka yang membutuhkan.
BACA JUGA:Keadilan Tanpa Batas Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Memperlakukan Semua Golongan dengan Adil
Dalil Al-Qur’an tentang Kesederhanaan dan Zuhud
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Artinya: “Dan janganlah engkau (Muhammad) mengarahkan pandanganmu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Thaha: 131)
Ayat ini menjadi pedoman bagi umat Islam agar tidak silau oleh dunia dan kemewahan. Rasulullah SAW mencontohkan ayat ini secara nyata dengan hidup dalam kesederhanaan dan qana’ah (merasa cukup).
Hikmah dari Kesederhanaan Rasulullah SAW
Kesederhanaan Rasulullah SAW bukan hanya menjadi simbol moral, tetapi juga membawa hikmah besar bagi umat manusia:
- Menumbuhkan rasa syukur dan ridha terhadap takdir Allah.
- Menjauhkan diri dari sifat tamak dan cinta dunia.
- Menumbuhkan empati terhadap kaum fakir miskin.
- Menjadikan hati lebih tenang dan dekat kepada Allah SWT.
- Membentuk karakter pemimpin yang rendah hati dan berwibawa.
Kesederhanaan Nabi SAW mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari harta, pangkat, atau jabatan, tetapi dari ketenangan batin dan ketaatan kepada Allah SWT.
Kesederhanaan yang Menginspirasi Dunia
Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada umat manusia bahwa kemuliaan sejati terletak pada kesederhanaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Beliau adalah sosok yang mampu menguasai dunia tanpa pernah diperbudak olehnya. Hidupnya yang sederhana namun penuh keberkahan menjadi cermin bagi setiap muslim untuk menata kehidupan dengan nilai zuhud, syukur, dan tawakal.
Kesederhanaan Rasulullah SAW bukan hanya kisah masa lalu, tetapi panduan hidup yang relevan hingga akhir zaman. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh kemewahan dan ambisi materi, teladan beliau menjadi pelita yang menuntun manusia kembali kepada makna hakiki kehidupan yaitu menjalani dunia dengan hati yang bersih, penuh syukur, dan tidak terikat pada gemerlap dunia yang fana.
Kesederhanaan Rasulullah SAW bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru lambang kekuatan iman dan kemuliaan hati. Beliau mengajarkan kepada umatnya bahwa yang sedikit namun berkah lebih utama daripada yang banyak namun melalaikan.
Semoga kita semua dapat meneladani kehidupan Rasulullah SAW dalam kesederhanaan, keikhlasan, dan keteguhan hati, sehingga kita termasuk golongan yang dicintai Allah SWT dan mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حُبَّ نَبِيِّكَ، وَاتِّبَاعَ سُنَّتِهِ، وَالْحَشْرَ مَعَهُ فِي الْجَنَّةِ
Artinya: “Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami cinta kepada Nabi-Mu, kemampuan untuk mengikuti sunnahnya, dan pertemuan bersamanya di surga.” (djl)
Sumber: