Rasulullah SAW dan Mukjizat Agung Terbelahnya Bulan: Bukti Kekuasaan Allah SWT

Rasulullah SAW dan Mukjizat Agung Terbelahnya Bulan: Bukti Kekuasaan Allah SWT

Radarseluma.disway.id - Rasulullah SAW dan Mukjizat Agung Terbelahnya Bulan: Bukti Kekuasaan Allah SWT--

Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Mukjizat adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul sebagai bukti kerasulan serta penguat dakwah mereka di tengah umat. Mukjizat tidak dapat dijangkau oleh akal manusia biasa, melainkan sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi atas izin Allah. Di antara sekian banyak mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, salah satu yang paling menakjubkan dan termaktub dalam Al-Qur’an adalah peristiwa terbelahnya bulan (shaqq al-qamar).
 
Peristiwa ini terjadi ketika kaum musyrikin Makkah menantang Rasulullah SAW untuk menunjukkan bukti nyata kenabiannya. Mereka meminta sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Maka Allah SWT memperlihatkan tanda kebesaran-Nya dengan membelah bulan menjadi dua bagian. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an dan diriwayatkan oleh banyak hadits shahih.
 
Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang mukjizat terbelahnya bulan, dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits, serta hikmah besar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut.
 
Dalil Al-Qur’an tentang Terbelahnya Bulan
 
Peristiwa mukjizat terbelahnya bulan diabadikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
 
وَانشَقَّ الْقَمَرُ ۝١ وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ ۝٢
Artinya:
"Telah dekat datangnya hari kiamat, dan bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: 'Ini adalah sihir yang terus-menerus'."  (QS. Al-Qamar: 1-2)
 
Ayat ini dengan jelas menyebutkan bahwa bulan pernah terbelah sebagai sebuah tanda kebesaran Allah. Namun, alih-alih beriman, kaum musyrikin tetap bersikeras menolak kebenaran mukjizat tersebut. Mereka menuduhnya sebagai sihir, padahal peristiwa itu disaksikan oleh banyak orang.
 
Hadits Shahih tentang Mukjizat Terbelahnya Bulan
 
Selain dalam Al-Qur’an, peristiwa ini juga dijelaskan dalam hadits-hadits shahih. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ القَمَرَ شِقَّتَيْنِ، حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا
Artinya:
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: “Penduduk Makkah meminta kepada Nabi SAW untuk memperlihatkan sebuah tanda (mukjizat). Maka beliau memperlihatkan kepada mereka bulan yang terbelah menjadi dua, hingga mereka melihat gunung Hira’ berada di antara keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Hadits ini menunjukkan bahwa mukjizat tersebut benar-benar nyata dan disaksikan langsung oleh penduduk Makkah. Bahkan, posisi Gunung Hira yang tampak di antara dua bagian bulan menjadi bukti bahwa bulan benar-benar terbelah.
 
 
Penjelasan Para Ulama
 
Para ulama tafsir sepakat bahwa mukjizat ini benar-benar terjadi secara nyata, bukan hanya penglihatan atau ilusi. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim menegaskan bahwa peristiwa terbelahnya bulan adalah salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW.
 
Begitu juga Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa terbelahnya bulan bukanlah kiasan atau majas, tetapi benar-benar terjadi di masa Rasulullah SAW sebagai bukti kenabian beliau.
 
Bahkan sebagian riwayat menyebutkan bahwa peristiwa ini tidak hanya disaksikan oleh orang-orang di Makkah, tetapi juga oleh orang-orang di luar Arab. Hal ini semakin memperkuat bahwa mukjizat tersebut adalah peristiwa kosmik yang nyata, bukan sekadar ilusi.
 
Hikmah Mukjizat Terbelahnya Bulan
 
Peristiwa ini memiliki banyak hikmah yang bisa dipetik, di antaranya:
 
1. Menguatkan kerasulan Nabi Muhammad SAW
 
Mukjizat ini menjadi bukti bahwa beliau adalah utusan Allah yang benar, karena tidak mungkin seorang manusia biasa mampu membelah bulan.
 
2. Tanda kebesaran Allah SWT
 
Allah menunjukkan bahwa alam semesta sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Bulan yang begitu besar pun bisa terbelah hanya dengan kehendak-Nya.
 
3. Ujian bagi orang kafir
 
Kaum musyrikin yang menyaksikan mukjizat itu tetap mengingkari dan menuduhnya sebagai sihir. Hal ini menunjukkan bahwa hidayah bukan semata karena melihat keajaiban, melainkan karena cahaya iman di dalam hati.
 
4. Pelajaran bagi umat Islam
 
Mukjizat ini mengingatkan kita bahwa semua yang ada di langit dan bumi tunduk kepada Allah. Umat Islam hendaknya semakin yakin akan kebenaran Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
 
 
Relevansi Mukjizat Ini dengan Kehidupan Modern
 
Di zaman modern, sebagian orang mencoba menjelaskan peristiwa terbelahnya bulan dari sudut pandang ilmiah. Ada yang mengaitkannya dengan temuan retakan panjang di permukaan bulan yang dideteksi oleh misi luar angkasa. Walaupun sains tidak bisa dijadikan satu-satunya dasar keimanan, penemuan ini bisa menjadi penguat keyakinan bahwa mukjizat Rasulullah SAW memang pernah terjadi.
 
Namun, yang lebih penting bagi umat Islam adalah mengambil pelajaran iman. Mukjizat ini adalah bukti bahwa kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW tidak dapat diragukan. Meski orang-orang kafir tetap mengingkarinya, bagi kaum beriman, hal ini menjadi pengokoh keyakinan.
 
Mukjizat terbelahnya bulan merupakan salah satu peristiwa besar yang menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Allah SWT mengabadikan kisah ini dalam Al-Qur’an Surah Al-Qamar ayat 1-2, serta diperkuat oleh hadits-hadits shahih.
 
Peristiwa ini nyata, bukan ilusi, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama tafsir. Namun, meski telah melihat dengan mata kepala sendiri, kaum musyrikin tetap menolak kebenaran Rasulullah SAW dan menuduhnya sebagai sihir.
 
Bagi umat Islam, mukjizat ini menjadi penguat iman bahwa segala sesuatu di alam semesta ada dalam genggaman Allah. Bulan yang begitu besar pun tunduk pada kehendak-Nya.
 
Mukjizat terbelahnya bulan adalah bukti kekuasaan Allah SWT sekaligus penguat kerasulan Nabi Muhammad SAW. Ia menjadi pelajaran berharga bahwa keimanan tidak semata-mata lahir dari melihat keajaiban, tetapi dari hati yang tunduk kepada Allah.
 
Semoga dengan memahami peristiwa ini, kita semakin yakin terhadap ajaran Rasulullah SAW, semakin kuat dalam beribadah, serta semakin taat kepada Allah SWT. (djl)

Sumber:

Berita Terkait