Kelembutan Akhlak Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Membimbing Umat: Teladan Abadi dari Ulama Besar

Kelembutan Akhlak Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Membimbing Umat: Teladan Abadi dari Ulama Besar

Radarseluma.disway.id - Kelembutan Akhlak Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Membimbing Umat: Teladan Abadi dari Ulama Besar--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah panjang Islam, banyak ulama besar yang meninggalkan warisan tak ternilai berupa ilmu, hikmah, dan teladan akhlak mulia. Salah satu yang paling masyhur adalah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (561 H), seorang ulama sufi, ahli fikih, dan dai besar yang dikenal sebagai Sulthān al-Awliyā (Raja para wali). Namanya harum di seluruh penjuru dunia Islam, bukan hanya karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena kelembutan akhlaknya dalam membimbing umat menuju jalan Allah.

Beliau dikenal bukan sebagai sosok yang keras dalam berdakwah, melainkan penuh kasih sayang, sabar, dan menyentuh hati umat dengan kelembutan tutur kata. Hal ini sejalan dengan akhlak Rasulullah SAW yang menjadi teladan utama bagi umat manusia. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an tentang pentingnya kelembutan dalam berdakwah:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Artinya: “Maka berkat rahmat dari Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.” (QS. Āli ‘Imrān: 159)

Ayat ini seakan menjelaskan rahasia kesuksesan dakwah para ulama, termasuk Syaikh Abdul Qadir, yakni kelembutan akhlak

BACA JUGA:Perjalanan Ilmu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Dari Negeri Persia Menuju Pusat Peradaban Islam Baghdad

Akhlak Lembut dalam Membimbing Umat

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani hidup di Baghdad, pusat ilmu pengetahuan dunia Islam kala itu. Banyak ulama, fuqaha, dan ahli tasawuf yang berinteraksi dengan beliau. Di tengah masyarakat yang penuh perdebatan dan pergolakan, beliau hadir dengan kepribadian yang sejuk dan menenteramkan.

1. Kelembutan dalam Penyampaian Ilmu

Majelis pengajian beliau selalu dipenuhi oleh ribuan orang dari berbagai kalangan. Bukan hanya karena keluasan ilmu fikih dan tafsirnya, tetapi karena kelembutan tutur katanya yang masuk ke dalam hati. Beliau tidak merendahkan orang yang awam, melainkan menuntunnya dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami.

Rasulullah SAW telah menegaskan dalam hadits:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

Artinya: “Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan merusaknya.” (HR. Muslim)

Hadits ini menjadi pegangan beliau dalam berdakwah. Dengan kelembutan, umat merasa dekat dan mudah menerima kebenaran.

2. Kesabaran dalam Menghadapi Penentang

Dalam perjalanan dakwahnya, tidak sedikit yang menentang beliau, baik dari kalangan penguasa, ulama lain, maupun kelompok yang berbeda pandangan. Namun, beliau tidak membalas dengan kebencian atau kekerasan. Beliau lebih memilih bersabar, mendoakan mereka, dan menunjukkan akhlak mulia.

Allah SWT memerintahkan kesabaran dalam dakwah:

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ

Artinya: “Dan bersabarlah (Muhammad), dan kesabaranmu itu tidak lain kecuali dengan pertolongan Allah.” (QS. An-Nahl: 127)

Syaikh Abdul Qadir meneladani ayat ini, sehingga dakwahnya penuh dengan ketenangan dan bijaksana.

Kasih Sayang kepada Umat

Beliau terkenal memiliki kepedulian besar terhadap fakir miskin, anak yatim, dan kaum dhuafa. Hatinya lembut kepada mereka, bahkan sering kali memberikan hartanya untuk menolong orang lain. Beliau menanamkan dalam diri umat bahwa keberhasilan hidup bukan hanya diukur dari harta, tetapi dari keberkahan iman dan akhlak.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ

Artinya: “Barang siapa yang tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Prinsip kasih sayang inilah yang menjadi ciri utama dakwah beliau.

BACA JUGA:Masa Kecil Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Anak Shalih yang Dijaga Allah SWT Sejak Dalam Kandungan

Hikmah Kelembutan Akhlak dalam Dakwah

Kelembutan akhlak yang ditunjukkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita, di antaranya:

• Mendekatkan hati umat kepada agama. Dengan kelembutan, orang awam tidak merasa takut, tetapi justru termotivasi untuk belajar.

• Menghindarkan perpecahan. Sikap sabar dan tidak mudah marah membuat dakwah beliau diterima oleh berbagai kalangan.

• Menjadi teladan universal. Akhlak mulia bukan hanya diterima oleh Muslim, tetapi juga dihormati oleh non-Muslim.

Dalam sebuah riwayat, banyak orang kafir yang masuk Islam setelah menyaksikan kelembutan dan kebijaksanaan beliau. Hal ini mengingatkan kita pada firman Allah SWT:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini menjadi landasan utama metode dakwah beliau yang penuh hikmah dan kelembutan.

Kelembutan akhlak Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah warisan abadi yang perlu kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Beliau bukan hanya seorang ulama besar dengan ilmu luas, tetapi juga sosok pembimbing umat yang penuh kasih sayang. Dalam setiap langkah dakwahnya, beliau meneladani Rasulullah SAW yang diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Kita belajar bahwa dakwah tidak akan berhasil dengan kekerasan, tetapi dengan kelembutan, hikmah, dan kasih sayang. Hal inilah yang membuat Syaikh Abdul Qadir dikenang sepanjang zaman sebagai ulama yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing hati.

Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan tantangan moral dan degradasi akhlak, teladan kelembutan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani sangat relevan untuk diamalkan. Bagi seorang dai, guru, maupun pemimpin, kelembutan bukan tanda kelemahan, tetapi justru kekuatan yang mampu menundukkan hati manusia.

Semoga kita dapat meneladani akhlak beliau, agar menjadi insan yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berakhlak mulia, sehingga mampu membimbing diri sendiri, keluarga, dan masyarakat menuju jalan Allah SWT. (djl)

Sumber:

Berita Terkait