Menggetarkan Jiwa! Ruh Nusaibah Binti Ka’ab Disambut Ribuan Malaikat Langit Setelah Gugur Syahid Bersama Rasul

Menggetarkan Jiwa! Ruh Nusaibah Binti Ka’ab Disambut Ribuan Malaikat Langit Setelah Gugur Syahid Bersama Rasul

Radarseluma.disway.id - Menggetarkan Jiwa! Ruh Nusaibah Binti Ka’ab Disambut Ribuan Malaikat Langit Setelah Gugur Syahid Bersama Rasulullah SAW--

"Dari Rasa Malu Menjadi Cahaya Perjuangan"

Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah Islam yang mulia, banyak tokoh laki-laki yang dikenal akan keberanian dan perjuangannya. Namun, di balik kejayaan itu, ada wanita-wanita luar biasa yang turut mencatatkan namanya dengan tinta emas pengorbanan. Salah satunya adalah Nusaibah binti Ka’ab al-Maziniyah.

Peristiwa ini dimulai bukan dengan senjata atau pasukan, melainkan dari sebuah rasa malu perasaan seorang wanita Mukminah yang tidak memiliki apa-apa untuk disumbangkan kepada perjuangan Rasulullah SAW dan Islam. Hatinya gelisah, dadanya sesak. Ia merasa tak layak sebagai Muslimah jika hanya duduk diam menyaksikan para sahabat berjuang.

Namun dari rasa malu itu, lahirlah sebuah tekad: ia memberikan pedangnya kepada sang suami tercinta, seraya berkata, "Pergilah engkau, berjuanglah di jalan Allah. Jadikan pedang ini sebagai saksi bahwa aku mendukungmu dengan seluruh jiwaku."

Perkataan dan keikhlasan itu menyulut semangat sang suami. Dengan penuh keberanian, suaminya maju ke medan laga, berjuang dengan gagah, hingga akhirnya gugur sebagai syahid di medan perang.

Kesedihan yang Berbuah Semangat

Walaupun hatinya remuk oleh kabar duka itu, Nusaibah tidak larut dalam kesedihan. Ia bangga, karena suaminya telah memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Dalam tangisnya, ia berkata,

 "Ya Allah, jika Engkau telah mengambil suamiku di jalan-Mu, izinkan aku melanjutkan perjuangannya."

Ia pun memanggil putranya yang masih muda, dan bertanya dengan suara berat, "Wahai anakku, maukah engkau membuat ibumu bangga dan bahagia?"

Sang anak menjawab penuh semangat, "Inilah yang kutunggu-tunggu, wahai ibuku. Keridhaanmu adalah kekuatanku. Aku akan berangkat membela agama Allah bersama Rasulullah SAW."

Sang anak pun berangkat, membawa restu ibunya, melangkah ke medan laga dengan keberanian. Dan lagi-lagi, kabar duka datang: putranya gugur sebagai syahid, mengikuti jejak ayahnya.

BACA JUGA:Hamzalah bin Abu Amir: Pengantin Sehari yang Dimandikan Malaikat Langit

Dari Perawat Menjadi Pejuang

Kehilangan suami dan anak tidak membuat Nusaibah surut. Ia datang menemui Rasulullah SAW dan menyatakan keinginannya untuk ikut berperang.

"Wahai Rasulullah, izinkan aku ikut berperang bersama engkau. Aku tak ingin lagi hanya menunggu kabar dari belakang."

Namun Rasulullah SAW dengan bijak menjawab, "Wahai Nusaibah, tugasmu mulia: engkau akan merawat para korban luka dari pasukan Muslimin, dan itu sama pahala berjihad mengangkat pedang di Medan perang"

Ia pun menerima tugas itu dengan lapang dada. Di tengah hiruk-pikuk medan Uhud, Nusaibah sibuk merawat para sahabat yang terluka membersihkan luka, memberi minum, menyeka darah, dan menguatkan semangat para pejuang.

Namun tiba-tiba, ia menyaksikan Rasulullah SAW diserang oleh pasukan Quraisy, terluka di wajah dan gigi beliau. Darah mengalir, dan pasukan Muslim dalam keadaan gawat.

Tanpa pikir panjang, Nusaibah mengangkat pedang dan perisai, dan menerobos medan laga. Ia berdiri di depan Rasulullah SAW, menjadi perisai hidup, menahan serangan demi serangan, menghalau tombak dan pedang musuh.

Rasulullah SAW bersabda:

"ما التفت يميني ولا شمالي يوم أحد إلا وأراها تقاتل دوني"

Artinya: "Tidaklah aku menoleh ke kanan atau ke kiri pada hari Uhud, melainkan aku melihat Nusaibah bertempur membelaku."(HR. Ibnu Sa’ad – sanad hasan)

Tubuhnya penuh luka, lebih dari dua belas tusukan dan tebasan, namun ia tetap berdiri kokoh. Ia tak memikirkan keselamatan dirinya. Yang ada hanya satu: melindungi Rasulullah SAW dan agama Allah SWT.

BACA JUGA:Ketika Iblis Mengantar Seorang Pemuda ke Masjid Untuk Sholat Subuh yang Menang Tiga Kali dari Godaan Syetan

Syahidah yang Disambut Langit

Akhirnya, di tengah kobaran pertempuran, Nusaibah binti Ka’ab pun gugur sebagai syahidah, bersama Rasulullah SAW, bersama para mujahid lainnya. Ruhnya yang suci terbang ke langit, disambut oleh ribuan malaikat yang telah siap menyambut ruh para syuhada dengan keharuman dan kemuliaan.

Allah SWT berfirman:

"وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ"

Artinya: "Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (QS. Ali Imran: 169)

Dalam hadits shahih juga disebutkan:

"أرواح الشهداء في حواصل طير خضر، لها قناديل معلقة بالعرش، تسرح من الجنة حيث شاءت، ثم تأوي إلى تلك القناديل"

Artinya: "Ruh para syuhada berada dalam burung hijau yang beterbangan di surga dan berlindung di lentera-lentera yang tergantung di Arsy Allah." (HR. Muslim no. 1887)

Teladan bagi Wanita Muslim Sepanjang Zaman

Kisah Nusaibah binti Ka’ab adalah kisah tentang keikhlasan, keberanian, dan cinta sejati terhadap Allah dan Rasul-Nya. Ia bukan hanya pejuang di medan perang, tapi juga pejuang hati yang tak gentar menghadapi kehilangan.

Dari rasa malu karena tidak bisa menyumbangkan apa-apa, hingga mengorbankan suami, anak, bahkan dirinya sendiri semuanya ia lakukan dengan ikhlas dan penuh pengharapan akan ridha Allah SWT.

Ia adalah bukti bahwa wanita memiliki kekuatan luar biasa, bukan hanya di balik layar, tapi juga di garis depan perjuangan. Dan ketika ia wafat, langit pun membentang menyambutnya, ribuan malaikat turun dengan cahaya untuk menjemput ruh yang mulia. (djl)

Sumber:

Berita Terkait