Evaluasi Ibadah: Sudahkah Maksimal?

* Apakah saya rutin membaca dan mengkaji Al-Qur’an?

* Apakah saya memperhatikan hak orang lain dan menjauhi dosa-dosa hati?

* Apakah saya berzikir dan berdoa secara konsisten?

* Apakah saya merasa lebih dekat kepada Allah dari waktu ke waktu?

Teladan Rasulullah SAW dan Para Sahabat

Rasulullah SAW meskipun sudah dijamin surga, tetap sangat rajin dan khusyuk dalam ibadah. Beliau pernah shalat malam hingga kakinya bengkak. Ketika ditanya mengapa demikian, beliau menjawab:

أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Artinya: "Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?".(HR. Bukhari dan Muslim)

Para sahabat pun takut amal mereka tidak diterima. Umar bin Khattab menangis dan berkata, "Andai aku tahu satu ibadahku diterima, maka itu lebih aku sukai dari dunia seisinya."

Dari penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Evaluasi ibadah adalah kebutuhan ruhani bagi setiap muslim. Jangan merasa cukup dengan apa yang telah dikerjakan, karena belum tentu diterima. Ibadah yang maksimal bukan sekadar banyak, tetapi berkualitas: ikhlas, sesuai sunnah, khusyuk, dan konsisten. Jangan menunggu datangnya ajal untuk mulai memperbaiki ibadah.

Hidup ini singkat. Ibadah adalah investasi abadi. Maka mari terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Lakukan muhasabah harian, periksa niat, perbaiki kekhusyukan, dan tambah amal-amal sunnah. Semoga Allah menerima amal kita dan menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang selamat di akhirat.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya: "Ya Allah, terimalah dari kami (ibadah kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Demikianlah penjelasan yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat buat kita semua sehingga menjadi insan yang lebih baik lagi. (djl)

 

Sumber: