Menghindari Ghibah dan Fitnah Setelah Ramadhan

Menghindari Ghibah dan Fitnah Setelah Ramadhan

Radarseluma.disway.id - Menghindari Ghibah dan Fitnah Setelah Ramadhan--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Ramadhan adalah bulan pendidikan ruhani yang mendalam, di mana seorang Muslim dilatih untuk menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, termasuk menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, ghibah (menggunjing), dan fitnah (menyebarkan kebohongan). Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa dan pembinaan spiritual, seyogianya semangat menjaga lisan tetap dilestarikan bahkan ditingkatkan di bulan-bulan berikutnya, khususnya di bulan Syawal yang merupakan awal dimulainya tahun spiritual baru bagi seorang Muslim.

Ghibah dan fitnah bukan hanya merusak hubungan antar sesama, tetapi juga merupakan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Menjaga lisan dari dua perbuatan ini adalah tanda kesempurnaan iman dan kemuliaan akhlak seorang Muslim.

Pengertian Ghibah dan Fitnah

Ghibah secara bahasa berarti menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain di belakangnya. Dalam Islam, ghibah termasuk dosa besar karena merusak kehormatan orang lain.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang mana berbunyi: 

"أتدرون ما الغيبة؟" قالوا: الله ورسوله أعلم. قال: "ذكرك أخاك بما يكره". قيل: أرأيت إن كان في أخي ما أقول؟ قال: "إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته، وإن لم يكن فيه فقد بهته."

Artinya: “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “(Ghibah adalah) engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia tidak suka.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Jika benar ada padanya, berarti kamu telah menggunjingnya. Jika tidak ada padanya, maka kamu telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)

Fitnah, di sisi lain, lebih parah lagi karena mencampurkan kebohongan dengan kebencian dan menyebarkannya sehingga menimbulkan kerusakan besar di tengah masyarakat.

Dalil dari Al-Qur’an tentang Bahaya Ghibah dan Fitnah

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi: 

"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ"

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah menggunjing satu sama lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini menggambarkan betapa menjijikan nya ghibah di sisi Allah, seakan-akan memakan bangkai saudara sendiri. Ini menunjukkan betapa beratnya dosa tersebut.

Bahaya Sosial dan Spiritual Ghibah dan Fitnah

Ghibah dan fitnah tidak hanya berdampak buruk secara spiritual, tetapi juga merusak tatanan sosial. Keduanya bisa memecah belah keluarga, persaudaraan, bahkan menciptakan permusuhan abadi di masyarakat. Orang yang terbiasa melakukan ghibah dan fitnah juga akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, dan hidupnya dipenuhi prasangka serta keburukan.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 

"لا يدخل الجنة نمام"

Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ghibah, fitnah, dan namimah sering kali satu paket, dan ketiganya adalah penyakit hati yang menjauhkan seseorang dari surga.

Pasca Ramadhan: Saatnya Menjaga Hasil Latihan

Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari berkata kotor, berdusta, dan bergunjing. Maka, menjaga lisan setelah Ramadhan adalah bentuk keberhasilan dari ibadah puasa itu sendiri.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari yang berbunyi: 

"من لم يدع قول الزور والعمل به، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه"

Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dari puasanya meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menegaskan bahwa esensi puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga akhlak dan lisan.

Tips Menghindari Ghibah dan Fitnah

1. Introspeksi diri: 

Sibukkan diri dengan memperbaiki kekurangan diri sendiri daripada mencari kesalahan orang lain.

2. Bersihkan hati: 

Hilangkan kebencian, iri hati, dan prasangka buruk karena itu sumber utama ghibah.

3. Berpikir sebelum berbicara: 

Tanyakan pada diri, apakah yang akan disampaikan bermanfaat atau justru merugikan?

4. Bergaul dengan orang shalih:

Lingkungan yang baik akan menjauhkan dari kebiasaan membicarakan keburukan orang lain.

5. Perbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an: 

Ini akan membantu menjaga lisan dan hati tetap bersih.

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Menghindari ghibah dan fitnah adalah bentuk nyata dari keberhasilan Ramadhan dalam membentuk pribadi yang bertakwa. Ketika lisan terjaga, hati pun menjadi tenang, hubungan sosial menjadi harmonis, dan ridha Allah semakin dekat.

Bulan Syawal bukanlah akhir dari perjuangan spiritual, melainkan awal dari penerapan nilai-nilai yang telah dipelajari selama Ramadhan. Mari jadikan pasca Ramadhan sebagai momentum memperbaiki diri dan menjaga lisan dari keburukan. Sebab, di antara amalan yang paling ringan dilakukan namun paling berat akibatnya adalah ucapan yang keluar tanpa kendali.

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga lisan dan hati kita dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Aamiin. (djl)

Sumber:

Berita Terkait