Kisah Nyata: Cinta Pertama Membawaku pada Neraka Dunia (Tamat)
Radarseluma.disway.id: Kisah Nyata: Cinta Pertama Membawaku pada Neraka Dunia (Tamat)--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Aku adalah Dinda, seorang gadis yang dulunya hidup penuh dengan mimpi dan harapan. Namun, seperti halnya perjalanan hidup lainnya, jalan yang aku tempuh tidak selalu mulus. Semuanya dimulai saat aku bertemu dengan Rangga, cinta pertama yang telah mengubah arah hidupku, membawa aku pada pengalaman pahit yang akhirnya mengajarkan pelajaran berharga.
Dulu, hidupku sederhana, penuh kebahagiaan kecil di tengah keluarga yang penuh cinta. Ayahku seorang sopir angkot, ibuku mengelola warung kecil di depan rumah kami, dan kami hidup dalam kesederhanaan yang penuh dengan rasa syukur. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dan sejak kecil, aku terbiasa memikul tanggung jawab. Mimpiku sederhana: bisa kuliah, bekerja, dan membahagiakan orang tuaku. Tidak ada yang lebih aku harapkan selain kebahagiaan mereka.
Namun, semuanya mulai berubah ketika aku bertemu dengan Rangga. Pada saat itu, aku masih duduk di kelas 2 SMA. Rangga adalah siswa dari sekolah kejuruan di kota sebelah, dan pertemuan kami terjadi di sebuah acara pentas seni antar sekolah. Rangga tampil sebagai vokalis band sekolahnya, dan aku, yang menyaksikan penampilannya, merasa seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Senyumnya yang menawan dan sikapnya yang penuh percaya diri membuat hatiku berdebar. Aku merasa seolah-olah Dunia berhenti sejenak saat ia menatapku.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Cinta Pertama Membawaku pada Neraka Dunia (Bagian 1)
Setelah acara itu, Rangga mulai menghubungiku, dan kami mulai berbicara lewat pesan singkat dan media sosial. Kami bertemu diam-diam di luar sekolah, dan setiap pertemuan kami membuatku merasa seperti berada dalam Dunia lain, Dunia yang penuh dengan kebahagiaan dan harapan. Rangga adalah cinta pertamaku, dan aku jatuh cinta begitu dalam. Aku merasa istimewa, karena dia selalu tahu bagaimana membuatku merasa dihargai dan dicintai.
Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan kami mulai berubah. Rangga mulai menuntut lebih. Ia mulai mengkritik ku dengan kalimat-kalimat yang perlahan membuatku merasa tidak nyaman. “Kalau kamu beneran sayang aku, kenapa kamu selalu nolak ajakan aku jalan malam?” atau “Kamu nggak percaya aku, ya? Masa pacar sendiri curiga terus?” Semuanya terasa semakin menekan, seolah-olah ada beban yang harus aku pikul. Aku merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, tapi karena aku terlalu mencintainya, aku mencoba untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman itu.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK.
Suatu malam, Rangga memohon padaku untuk menyerahkan segalanya. “Aku janji akan nikahin kamu nanti, aku serius, Din,” katanya. Dengan penuh harapan dan rasa cinta, aku menyerahkan tubuhku, kepercayaanku, dan impianku tentang masa depan padanya. Aku percaya, Rangga adalah orang yang akan bersamaku selamanya, orang yang akan mengerti diriku lebih dari siapapun.
Namun, seperti kebanyakan kisah cinta yang berakhir dengan patah hati, hidup tidak semudah itu. Beberapa bulan setelah kelulusan, Rangga menghilang begitu saja. Nomornya tak bisa dihubungi, media sosialnya tak aktif lagi, dan aku tidak tahu harus mencari ke mana. Aku merasa ditinggalkan, seperti sebuah mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Aku panik, menangis, dan bahkan mencoba mencari informasi tentangnya dari teman-temannya, namun semuanya sia-sia. Rangga menghilang, dan aku yang tertinggal dengan rahasia kelam yang semakin membebani.
Aku merasa Dunia runtuh. Aku malu pada orang tuaku, pada diriku sendiri. Aku merasa tak lagi pantas kembali ke rumah, karena rasa malu itu begitu dalam. Air mata ibu, senyum ayah, dan tawa adik-adikku terasa seperti bayangan dari kehidupan yang tak lagi aku miliki. Aku tahu aku harus melangkah, meskipun aku tak tahu harus pergi ke mana.
Dengan uang seadanya, aku memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Aku memberitahu ibu bahwa aku mendapatkan pekerjaan di sana, meski sebenarnya aku hanya melarikan diri—lari dari rasa malu, dari masa lalu yang menghantuiku, dan dari diriku yang dulu. Ibu menangis, tapi aku tetap bersikeras.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK:
Di Jakarta, aku berharap segalanya akan lebih baik. Namun, kenyataan berkata lain. Aku bekerja serabutan—menjadi pelayan kafe, SPG di mal, bahkan pernah menjadi penjaga stand di bazar-bazar kecil. Gaji yang pas-pasan dan biaya hidup yang tinggi membuatku cepat kehabisan tenaga dan harapan. Hidup terasa semakin berat, dan aku mulai merasa semakin jauh dari impian dan harapan yang dulu aku miliki.
Pada saat itulah aku bertemu dengan Yani, seorang wanita paruh baya yang tampak elegan dan penuh percaya diri. Ia memperhatikanku saat aku duduk di halte, menahan tangis setelah dipecat dari pekerjaan terakhirku. Yani membawaku ke apartemennya, memberiku makan, pakaian, dan kenyamanan yang sudah lama tak aku rasakan. Aku merasa seperti diselamatkan, tapi kebaikan itu ternyata memiliki harga.
“Dinda, kamu cantik, pintar, dan sayang kalau hanya bekerja di kafe dengan gaji kecil. Kalau kamu mau, aku punya pekerjaan dengan penghasilan besar. Dalam seminggu, kamu bisa dapat lebih dari gaji sebulanmu sebelumnya,” katanya suatu malam. Aku tahu ke mana arah pembicaraan itu. Tapi keputusasaan seringkali membuat orang mengambil keputusan yang tak akan pernah mereka banggakan.
Aku tidak langsung mengiyakan, namun perlahan Dunia itu menyeret ku masuk. Dunia gelap yang penuh dengan senyum palsu dan tawa kosong. Dunia di mana tubuh bukan lagi milik diri sendiri, tapi menjadi alat tukar demi bertahan hidup. Itu adalah jalan yang aku pilih, dan aku mulai bekerja di Dunia malam yang penuh dengan rahasia. Setiap malam aku berbaur dengan orang-orang yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kehancuran.
BACA JUGA:Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka: Mencari Jalan Pulang Bagian Tiga Tamat
Namun, pada suatu malam yang kelam, aku bertemu dengan seorang pria. Ia tampak berbeda dari yang lain. Wajahnya serius, matanya tajam, dan ia memakai pakaian rapi. Saat ia duduk dekatku, ia menatapku dengan pandangan yang seolah menembus ke dalam hatiku. “Kamu bukan orang seperti ini, kan?” katanya. Aku terkejut, karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada seseorang yang melihat lebih dari sekadar penampilanku. Dalam tatapannya, aku merasa ada yang hilang dari diriku.
Perlahan aku menyadari bahwa aku tak hanya kehilangan diriku, aku juga kehilangan arah hidup ini. Aku merasa terperangkap, namun aku tahu satu hal: aku tak bisa terus seperti ini. Aku harus keluar, meskipun sulit. Aku memutuskan untuk meninggalkan dunia itu dan kembali berjuang untuk hidup yang lebih baik.
Aku kembali mencari pekerjaan yang lebih layak. Meski tidak mudah, aku mencoba untuk membangun kembali hidupku dari awal. Gaji yang pas-pasan, perjuangan yang berat, dan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Tapi aku tak lagi melihat Dunia ini dengan mata yang penuh ketakutan. Aku mulai belajar mencintai diriku sendiri lagi dan berusaha untuk tidak lari dari masa lalu. Aku tahu, hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh pelajaran. Dan aku bertekad untuk terus maju, untuk membangun kembali impian yang dulu aku tinggalkan.
Di tengah perjuanganku, aku juga mulai kembali berhubungan dengan keluargaku. Meski mereka sempat kecewa, mereka tetap menerima aku dengan tangan terbuka. Kini, aku tahu bahwa hidup ini bukan tentang seberapa banyak kesalahan yang kita buat, tetapi bagaimana kita bangkit dan memperbaiki diri.
Hidup ini penuh dengan ujian dan tantangan, tapi aku yakin, setiap langkah yang aku ambil membawa aku lebih dekat pada kehidupan yang lebih baik. Karena meskipun cinta pertama membawaku pada Neraka Dunia, aku akhirnya belajar untuk menemukan Surga dalam diriku sendiri. (djl) Tamat
Sumber: