Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka: Mencari Jalan Pulang Bagian Tiga Tamat
Radarseluma.disway.id - Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka: Mencari Jalan Pulang Tamat--
BACA JUGA:Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK:
Ia berdiri di depan pintu, ragu untuk mengetuk. Tapi tiba-tiba pintu terbuka. Ibunya berdiri di sana—rambutnya kini lebih banyak putihnya, matanya sembab, dan tubuhnya tampak lebih kurus. Mereka saling diam. Hanya air mata yang bicara lebih dulu.
“Rania...” suara ibunya tercekat.
“Ibu... maaf. Aku pulang. Aku salah...” tangis Rania pecah.
Ibunya memeluknya erat, seperti pelukan Bu Mirah—tapi ini jauh lebih dalam, lebih dalam dari rasa sakit apa pun yang pernah Rania rasakan.
Tak lama kemudian, Ayahnya muncul dari balik pintu. Tatapannya tajam, rahangnya mengeras. Tapi saat melihat Rania memeluk ibunya sambil menangis, wajah itu melembut. Ia hanya berkata pelan, “Kalau kamu pulang untuk berubah, kamu selalu punya tempat di sini.”
Hari-hari setelahnya bukan tanpa luka. Tetangga berbisik-bisik, teman lama menjauh, dan pandangan orang tak selalu ramah. Tapi Rania bertahan. Ia mulai bekerja di warung kecil milik ibunya. Ia mengikuti pengajian mingguan di masjid, mencoba memulihkan hubungan dengan Sang Pencipta yang dulu ia tinggalkan.
Satu tahun berlalu. Rania kini berdiri di depan sekelompok remaja putri dalam sebuah kegiatan kampus yang mengangkat tema “Perempuan dan Pilihan Hidup.” Ia diundang sebagai pembicara tamu.
“Namaku Rania. Aku bukan perempuan sempurna. Aku pernah salah. Tapi hari ini, aku berdiri di sini bukan untuk meminta simpati, tapi untuk menunjukkan... bahwa luka bisa sembuh, dan semua orang punya kesempatan untuk pulang.”
Ruangan itu hening. Beberapa mata berkaca-kaca.
Rania tersenyum. Kali ini senyumnya utuh, bukan topeng. Ia tahu luka itu akan selalu menjadi bagian dari dirinya. Tapi ia juga tahu—ia bukan lagi gadis yang dikendalikan oleh cinta yang salah.
Ia adalah perempuan yang berani melangkah pulang. Dan itu, adalah langkah paling berani dalam hidupnya.
Kisah Rania adalah peringatan dan pelajaran. Tentang bagaimana cinta bisa membutakan, namun juga bagaimana luka bisa menyadarkan. Bukan untuk menghakimi, tapi untuk memahami bahwa setiap orang punya kesempatan kedua. Semoga cerita ini menjadi cermin bagi siapa saja yang sedang berjuang melawan masa lalu, dan pengingat bagi kita semua untuk lebih peka, lebih peduli, dan lebih kuat menjaga diri serta orang-orang tercinta. Karena pulang selalu mungkin, selama masih ada keberanian untuk memulai. (djl)
Sumber: