KAMPAI, Radarseluma.Disway.id - Suasana haru dan isak tangis pecah ketika jenazah Adelya Meysa akhirnya tiba di tanah air pada Jumat, 14 November 2025 sore sekitar pukul 16.05 WIB. Kedatangan almarhumah di rumah duka disambut penuh duka oleh keluarga, kerabat, tetangga dan warga sekitar yang sejak siang sudah menunggu kehadiran putri bungsu itu.
BACA JUGA:Kurikulum “Outcome Based Education” Jadi Resep SEVIMA Cetak Sarjana Anti Nganggur
BACA JUGA:Toyota Agya Mobil LCGC Desain Canggih dan Simpel yang Paling Laris di Indonesia
Jenazah Adelya dipulangkan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dari Jepang. Proses pemulangan ini tidak mudah, namun dapat terlaksana berkat bantuan dan koordinasi antara Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah. Dukungan tersebut membuat kepulangan almarhumah dapat dilaksanakan sesegera mungkin setelah dinyatakan meninggal dunia di Negeri Sakura. Kedua orang tua almarhumah, Liskan dan Kusnawati, tampak terpukul dan terus didampingi pihak keluarga selama proses penyambutan berlangsung.
Adelya Meysa sebelumnya sempat menjalani perawatan intensif selama tujuh hari di Seinan Medical Center Hospital, Ibaraki, Jepang. Dokter menyatakan bahwa dirinya menderita Meningitis Tuberkulosis (TB). Yaitu peradangan pada selaput otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Kondisi tersebut menyebabkan almarhumah mengalami penurunan kesehatan drastis dan tidak tertolong meski telah mendapatkan penanganan medis maksimal.
Setibanya di rumah duka, pihak keluarga langsung mempersiapkan proses fardhu kifayah sebelum jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat. Warga dan tokoh masyarakat turut hadir membantu proses tersebut. Termasuk menyiapkan kebutuhan pemakaman hingga mengatur arus pelayat yang berdatangan.
Paman almarhumah, Nazarudin menceritakan bahwa, Adelya merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Keempat anak pasangan Liskan dan Kusnawati adalah perempuan. Dari semuanya, hanya Adelya yang merantau paling jauh ke Jepang untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga.
"Almarhumah ini anak bungsu dari empat bersaudara, semuanya perempuan. Dan hanya dia yang merantau paling jauh sampai Jepang," ungkap Nazarudin dengan suara berat.