Kisah Rasulullah SAW Mengajarkan Kebenaran di Tengah Kebatilan

Senin 13-10-2025,15:30 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam setiap zaman, kebenaran dan kebatilan selalu hadir berdampingan. Di antara keduanya, manusia diuji untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sosok teladan yang diutus Allah SWT untuk menegakkan kebenaran di tengah gelapnya kebatilan yang melanda umat manusia. Beliau datang pada masa jahiliyah, di mana penyembahan berhala, kezhaliman sosial, dan kebodohan spiritual menjadi hal yang biasa. Namun dengan kesabaran, hikmah, dan keagungan akhlaknya, Rasulullah SAW berhasil menegakkan kebenaran yang hakiki, membimbing umat dari kegelapan menuju cahaya.

Perjuangan Rasulullah SAW bukan hanya tentang menyampaikan wahyu, melainkan juga perjuangan melawan sistem kebatilan yang telah mengakar kuat di masyarakat Arab. Beliau menghadapi celaan, siksaan, dan ancaman, namun tidak pernah mundur dalam menegakkan kebenaran yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Menegakkan Kebenaran di Tengah Masyarakat Jahiliyah Ketika wahyu pertama turun di Gua Hira, Rasulullah SAW menerima amanah besar untuk menyampaikan kalimat “La ilaha illallah” tiada Tuhan selain Allah. Kalimat ini menjadi dasar dari seluruh kebenaran yang dibawa oleh Islam. Namun bagi kaum Quraisy, kalimat tersebut merupakan ancaman besar terhadap kekuasaan dan kepercayaan mereka.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat bersama kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)

Ayat ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW diperintahkan untuk teguh di atas kebenaran, meskipun seluruh kekuatan kebatilan berusaha menjatuhkannya. Beliau berdakwah dengan kesabaran, bukan dengan kekerasan. Ketika orang-orang Quraisy menghina dan menyakiti beliau, Rasulullah SAW membalasnya dengan doa dan keteguhan.

BACA JUGA:Rasulullah SAW: Senyuman yang Menyentuh Hati dan Menebar Cinta ke Seluruh Alam

Kisah Keteguhan Rasulullah SAW di Hadapan Kebatilan Suatu ketika, kaum Quraisy berusaha menawar Rasulullah SAW agar menghentikan dakwahnya. Mereka menawarkan kekuasaan, harta, dan kedudukan tinggi. Namun Rasulullah SAW menjawab dengan tegas sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

وَاللَّهِ لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي، عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الْأَمْرَ، حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ، مَا تَرَكْتُهُ.

Artinya: “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan ini (menyampaikan kebenaran), niscaya aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.” (HR. Ahmad)

Kata-kata ini mencerminkan keyakinan Rasulullah SAW yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran wahyu. Beliau tidak pernah menukar amanah risalah dengan kepentingan duniawi. Meski difitnah, dicaci, bahkan dilempari batu di Thaif, beliau tetap sabar dan tidak mendoakan kebinasaan bagi orang yang menyakitinya.

Ketika malaikat penjaga gunung datang dan menawarkan untuk membinasakan penduduk Thaif, Rasulullah SAW berkata dengan lembut:

“Aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah bukti nyata bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kebenaran bukan dengan kebencian, melainkan dengan kasih sayang dan kesabaran.

Dakwah Kebenaran dengan Hikmah dan Keteladanan Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam menyampaikan kebenaran, seorang Muslim harus menggunakan hikmah (kebijaksanaan) dan keteladanan yang baik. Allah SWT berfirman:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Rasulullah SAW menerapkan ayat ini dengan sempurna. Beliau tidak hanya berdakwah lewat ucapan, tetapi juga lewat tindakan nyata. Kejujuran, keadilan, dan kasih sayang beliau menjadi daya tarik yang membuat banyak orang masuk Islam.

Misalnya, ketika Rasulullah SAW berdagang di masa muda, beliau dikenal dengan gelar “Al-Amin” (orang yang terpercaya). Julukan itu muncul karena kejujuran beliau dalam setiap transaksi, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran tidak hanya disampaikan melalui kata-kata, tetapi juga melalui perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA:Kisah Agung Rasulullah SAW: Teladan Kesabaran Tanpa Batas dalam Menghadapi Ujian Hidup

Kebenaran yang Mengubah Dunia Perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan kebenaran berhasil mengubah peradaban manusia. Masyarakat Arab yang awalnya terpecah dan tenggelam dalam kebodohan berubah menjadi umat yang berilmu dan berakhlak. Beliau menghapus tradisi kejam seperti pembunuhan bayi perempuan, menegakkan keadilan sosial, dan memuliakan manusia tanpa memandang ras atau kedudukan.

Rasulullah SAW bersabda:

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى

Artinya: “Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang non-Arab, tidak pula bagi orang non-Arab atas orang Arab; tidak bagi yang berkulit merah atas yang hitam, dan tidak bagi yang hitam atas yang merah, kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad)

Hadits ini menjadi fondasi bagi keadilan universal Islam — bahwa kebenaran bukan milik satu bangsa atau golongan, melainkan milik seluruh umat manusia yang beriman kepada Allah SWT.

Pelajaran yang Dapat Diambil 1.Kebenaran harus disampaikan meski dihadang kebatilan. 

Rasulullah SAW menunjukkan bahwa seorang mukmin tidak boleh takut menyuarakan kebenaran selama berada di jalan Allah.

2.Kesabaran adalah senjata utama. 

Dakwah tidak selalu disambut baik, tetapi dengan kesabaran dan keikhlasan, Allah akan menolong hamba-Nya.

3.Kebenaran harus disertai kasih sayang. 

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kebenaran tidak boleh disampaikan dengan kebencian atau arogansi, melainkan dengan kelembutan dan keteladanan.

4.Kebenaran membawa perubahan. 

Dengan berpegang pada prinsip kebenaran, Rasulullah SAW berhasil mengubah peradaban manusia dari kegelapan menuju cahaya ilmu dan iman. 

Kisah Rasulullah SAW dalam mengajarkan kebenaran di tengah kebatilan merupakan teladan abadi bagi umat manusia. Beliau menegakkan risalah dengan keteguhan, kesabaran, dan kasih sayang yang luar biasa. Tidak ada kekuasaan dunia yang mampu menggoyahkan keimanan dan prinsip beliau dalam menegakkan kebenaran yang hakiki.

Sebagai umatnya, kita dituntut untuk mengikuti jejak beliau menyampaikan kebenaran dengan hikmah, memperjuangkan keadilan tanpa kebencian, dan menjaga keikhlasan dalam setiap amal. Di tengah dunia modern yang sarat dengan kebatilan dan tipu daya, nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah SAW tetap relevan dan menjadi pelita bagi umat manusia hingga akhir zaman.

Rasulullah SAW adalah cahaya yang menerangi kegelapan zaman. Kebenaran yang beliau ajarkan bukan hanya untuk masa lalu, tetapi untuk setiap masa dan setiap hati yang mencari petunjuk. Semoga kita termasuk dalam golongan yang berpegang teguh pada kebenaran, meneladani perjuangan Rasulullah SAW, dan senantiasa mendapat bimbingan Allah SWT dalam meniti jalan yang lurus.

اللهم اجعلنا من أتباع الحق، واهدنا إلى صراطك المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين، آمين.

Artinya: “Ya Allah, jadikan kami termasuk pengikut kebenaran, tunjukilah kami ke jalan-Mu yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat. Aamiin.” (djl)

Kategori :