إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ
Artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)
Sabar dibagi menjadi tiga: sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir Allah. Ketiganya penting dalam menghadapi ujian hidup, terutama di bulan Dzulqa’dah yang penuh dengan keutamaan dan pantangan dari perbuatan dosa.
Tawakal: Pasrah yang Aktip
Tawakal bukan berarti menyerah tanpa usaha, tapi bersandar sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan ikhtiar maksimal. Rasulullah SAW bersabda sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Tirmidzi yang mana berbunyi:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Artinya: "Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."
(HR. Tirmidzi, no. 2344)
Tawakal adalah kekuatan spiritual yang membuat hati tetap tenang di tengah badai ujian. Ketika seorang mukmin bertawakal, ia menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah, tanpa keluh kesah berlebihan, karena yakin bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.
BACA JUGA:Dzulqa’dah: Waktu untuk Menghapus Dosa dan Memulai Kembali
Dzulqa’dah: Waktu Refleksi dan Peningkatan Keimanan
Dzulqa’dah adalah bulan yang disucikan Allah. Di bulan ini, perbuatan baik maupun buruk akan dilipatgandakan balasannya. Maka menghadapi ujian dengan sabar dan tawakal di bulan ini sangat besar pahalanya. Allah berfirman:
فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
Artinya: "Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu (bulan haram)." (QS. At-Taubah: 36)
Janganlah kita justru mencederai kesucian bulan ini dengan keluh kesah yang berlebihan atau sikap putus asa. Sebaliknya, kita jadikan Dzulqa’dah sebagai waktu untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah, memperbanyak doa, istighfar, dan introspeksi diri.
Keteladanan Nabi dalam Menghadapi Ujian
Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam bersabar dan bertawakal. Beliau menghadapi berbagai ujian berat: dicaci, difitnah, diboikot, bahkan dilempari batu. Namun, tidak pernah sedikit pun beliau membalas dengan kebencian, justru mendoakan kebaikan bagi mereka yang menyakitinya.