Inilah Penjelasan Tafsir Ayat 5 - 6 Surat Ad-Dhuha
Rabu 19-02-2025,11:30 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan
Radarseluma.disway.id - Para ulama sepakat bahwasanya Surat Adh-Dhuha adalah Surat Makiyyah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebelum berhijrah ke Kota Madinah, dan pokok pembicaraan Surat ini berkaitan dengan nikmat-nikmat Allah yang zhahir yang Allah anugerah kan kepada Nabi.
Adapun pokok pembicaraan terkait nikmat-nikmat yang maknawi akan datang pada tafsir Surat Al-Insyirah. Sehingga kedua surat ini berkaitan erat. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa kedua surat ini adalah satu surat karena masing-masing berbicara mengenai nikmat yang diberikan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Para ahli tafsir menyebutkan tentang asbabun nuzul (sebab turunnya) surat ini. Sebagaimana yang dimaklumi bahwa surat-surat atau ayat-ayat dalam Al-Quran terkadang diturunkan karena suatu sebab, namun terkadang pula tidak ada sebabnya. Berkaitan dengan sebab turunnya surat ini, ada beberapa riwayat atau hadits yang shahih, di antaranya hadits Jundub bin Abdillah bin Sufyan al Bajali Radhiyallahu anhu, ia berkata :
اِحْتَبَسَ جِبْرِيْلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، فَقَالَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ: أَبْطَأَ عَلَيْهِ شَيْطَانُهُ. فَنَـزَلَتْ: وَالضُّحَى. وَاللَّـيْلِ إِذاَ سَجَى. مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Artinya:
"Jibril tertahan (tidak kunjung datang) kepada Nabi SAW , lalu berkata seorang wanita dari Quraisy : “Syetannya terlambat datang kepadanya,” maka turunlah
وَالضُّحَىٰ﴿١﴾وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ﴿٢﴾مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Artinya:
"(Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi. Rabb-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu)" (HR Bukhari no. 1073, no. 4667, no. 4698).
Berikut ini kita akan membahas tafsir Ayat 5 dan 6 dari Surat Ad-Dhuha yang mana sebelumnya sudah kita bahas tafsir ayat 1 dan 2 dan juga 3 dan empat nahh kali ini kita lanjutkan tafsir Ayat 5 dan 6 berikut penjelasannya:
Tafsir Ayat 5 surat Ad-Dhuha Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an yang mana berbunyi:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
Artinya:
“Dan sungguh kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”(QS Ad-Dhuha 5)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan bahwa ayat ini adalah ungkapan dari Allah SWT yang sangat komprehensif. Allah SWT akan memberikan sesuatu kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang dengannya Nabi Muhammad Rasulullah SAW akan ridha dan puas.
Dan ini menunjukan kesempurnaan kondisi Nabi di akhirat. Dalam bentuk apakah pemberian itu?, yang jelas pasti Nabi Muhammad Rasulullah SAW akan ridha dengan pemberian tersebut.
BACA JUGA:Inilah Kandungan Ad-Dhuha Apa saja Ayoo Simak.
Oleh karena itu, sebagian ulama menyatakan bahwa ayat yang paling memberikan pengharapan adalah ayat ini. Karena para ulama menyebutkan bahwasanya di dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang konteksnya memberi harapan kepada Manusia.
Diantaranya seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumat ayat 53 yang berbunyi:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya:
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang’.” (QS Az-Zumar : 53)
BACA JUGA:Inilah Penjelasan Tafsir Ayat 1 & 2 Surat Adh-Dhuha
Ayat tersebut merupakan ayat yang paling memberikan pengharapan kepada Manusia. Dan diantara pendapat lain bahwa ayat yang paling memberi harapan adalah ayat 5 Surat Adh-Dhuha ini. Hal ini karena Nabi Muhammad Rasulullah SAW bercita-cita agar para pengikutnya masuk Surga. Tentu saja ini adalah harapan yang sangat besar bagi kaum Muslimin. Bahkan salah satu diantara syafaat Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah untuk para pelaku dosa besar, selama dia tidak menyekutukan Allah. Dari sahabat Abdullah Bin Mas’ud dia berkata
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قُبَّةٍ نَحْوًا مِنْ أَرْبَعِينَ رَجُلًا، فَقَالَ: أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: قُلْنَا: نَعَمْ، فَقَالَ: أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ فَقُلْنَا: نَعَمْ، فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَذَاكَ أَنَّ الْجَنَّةَ لَا يَدْخُلُهَا إِلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ، وَمَا أَنْتُمْ فِي أَهْلِ الشِّرْكِ إِلَّا كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جِلْدِ الثَّوْرِ الْأَسْوَدِ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جِلْدِ الثَّوْرِ الْأَحْمَرِ
Artinya:
"Kami berjumlah 40 orang pernah bersama rasulullah di suatu kemah, lalu rasulullah bertanya, “Apakah kalian senang bila menjadi seperempat dari penghuni surga?” Kami menjawab, “Ya” kemudian beliau bertanya, “Apakah kalian senang jika menjadi sepertiga dari penghuni surga?” Kami menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Dan Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh aku berharap kalian menjadi setengah dari penghuni surga. Karena tidak ada yang masuk surga kecuali orang yang memiliki jiwa berserah diri kepada Allah, dan kalian tidaklah termasuk golongan ahli syirik kecuali bagaikan bulu putih di kulit banteng hitam, atau bagaikan bulu hitam di kulit banteng putih.” (HR Muslim no. 221 dan Bukhari no. 6528)
BACA JUGA:Ayoo Simak Tafsir Ayat 3 & 4 Surat Ad-Dhuha Berikut Penjelasannya
Sungguh ini adalah harapan yang sangat besar bagi ummat Islam. Dan kita semua berharap agar kita termasuk dari setengah penghuni surga tersebut. Ini adalah cita-cita Rasulullah dan Allah akan memberikan sesuatu yang membuat Nabi ridha yaitu dengan mengabulkan cita-cita beliau.
Setelah Allah membantah pernyataan sebagian kaum musyrikin yang mengatakan bahwa Allah dan Jibril meninggalkan Nabi, maka Allah segera menurunkan surat Adh-Dhuha. Allah mengingatkan beliau, bahwa Allah tidak mungkin meninggalkannya, sedangkan karunia-karunia Allah diberikan terus kepada beliau.
Kemudian Allah menyebutkan tentang karunia-karunia tersebut. Allah berfirman:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
Artinya:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungi(mu)”
Nabi Muhammad Rasulullah SAW dilahirkan dalam keadaan yatim, lahir dari perut ibunya sementara ayahnya telah meninggal Dunia.
Beliau tidak pernah merasakan belaian kasih sayang ayahnya, dan hidup yatim di bawah asuhan sang ibu. Kemudian ketika ibunya bersafar mengunjungi paman-paman Nabi di kota Madinah, lalu di perjalanan pulangnya menuju Mekkah di suatu tempat yang bernama Abwa, ibunda Nabi pun meninggal dunia karena sakit keras, kala itu Nabi masih berumur 6 tahun. Kita dapat membayangkan bagaimana perasaan seorang anak kecil yang tidak mempunyai ayah lalu ibunya sakit sementara tidak ada orang lain disitu selain dirinya di tengah perjalanan pulang, kemudian meninggal dunia. Betapa sedihnya perasaan si kecil Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah ditinggal oleh ibunya maka Allah menjadikan kakeknya yaitu Abdul Muthalib sebagai orang yang merawat Nabi. Abdul Muthalib sangat menyangi Nabi. Bahkan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa tempat duduk Abdul Muthalib yang berada di sekitar Ka’bah yang mana tidak ada yang berani duduk di tempat tersebut, tetapi ketika Muhammad kecil datang dan duduk disitu maka dibiarkan saja oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal dunia dan umur Nabi pada saat itu 8 tahun, maka Allah menjadikan Nabi di bawah asuhan pamannya yaitu Abu Thalib, hingga akhirnya Nabi diutus menjadi seorang Nabi dan pamannya menjadi penolongnya. Ini semua adalah anugerah dari Allah, bukti bahwasanya Allah tidak akan meninggalkan beliau.
Tafsir Ayat 6 Surat Ad-Dhuha yang mana Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ
Artinya:
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang tersesat, lalu Dia memberikan petunjuk”(QS Ad-Dhuha 6)
Para ulama berselisih pendapat tentang makna ‘tersesat’ dalam ayat ini. Sebagian mengatakan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW pernah berjalan di jalan-jalan Mekkah lalu tersesat kemudian diberi petunjuk oleh Allah SWT hingga bisa pulang kembali. Sebagian yang lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW pernah berjalan bersama pamannya Abu Thalib
ketika berdagang ke negeri Syam, kemudian di tengah jalan Nabi hilang tersesat karena disesatkan oleh Iblis, namun Allah berikan petunjuk dan mengembalikannya lagi. Ini adalah beberapa tafsiran sebagian ulama dan beberapa tafsiran lainnya. (lihat Tafsir al-Baghowi 8/456)
Tetapi tafsir yang dipilih untuk ayat ini bahwa tersesatnya beliau adalah karena dahulu belum tahu tentang iman dan islam. dan Ibnu Katsir 8/413). Allah berfirman:
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (QS Asy-Syura : 52)
Nabi telah mengetahui bahwa kaumnya pada saat beliau belum diangkat menjadi Nabi berada dalam kesesatan, kesyirikan, dan kemaksiatan, sehingga beliau pergi ke gua Hira karena ingin meninggalkan mereka. Namun yang dimaksudkan dengan Nabi juga tersesat yaitu beliau tidak mengetahui cara beribadah kepada Allah. Beliau masuk ke dalam gua Hira dalam keadaan bingung tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Sehingga Allah memberikan hidayah kepada beliau dengan menurunkan surat Al-Alaq. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah, mendapati beliau dalam keadaan tersesat, lalu Allah memberikan hidayah (petunjuk) kepadanya.
Demikianlah penjelasan tafsir Ayat 5 dan 6 Surat Ad-Dhuha semoga bermanfaat bagi kita dan menambah wawasan kita semua. (djl)
Kategori :