Radar Seluma. Disway.id - Di Provinsi Riau terdapat sebuah sungai besar yang mengalir deras membela hutan-hutan tropis hingga bermuara di Selat Malaka Sungai ini di kenal sebagai Sungai Kampar yang kaya akan sejarah dan budaya namun bagi masyarakat setempat nama Sungai Kampar tidak hanya sekedar Geografis tetapi juga menyimpan legenda tragis cinta, penghianatan, dan kutukan seorang putri Kerajaan yaitu Putri Mandalika seorang pengantin muda.
BACA JUGA:Legenda Rakyat Jambi Asal Mula Danau Kelinci Part Satu
Pada zaman dulu kala hiduplah seorang putri cantik yang bernama Mandalika sebuah Kerajaan kecil di tepi hutan lebat, Mandalika merupakan anak tunggal Raja dia di kenal tidaka hanya karena kecantikan nya akan tetapi akan kebaikan hatinya, k arena itu banyak Pangeran dari Kerajaan lain datang untuk melamarnya akan tetapi Mandalika selalu menolak dengan halus.
Namun suatu ketika takdir berkehendak lain Raja menjodohkan Mandalika seorang bangsawan kaya raya yang bernama Pangeran Dharma, meskipun Mandalika tidak sepenuh hati menerima namun ia tunduk pada kehendak ayah nya.
Setelah menikah Mandalika berusaha menjadi istri yang setia meskipun ia ada sesuatu yang merasa aneh dengan sang Pangeran, rahasia sang Pangeran seiring berjalan nya waktu Mandalika mulai mengetahui sifat asli sang Pangeran Dharma, ternyata Pangeran Darma tidak setulus yang ia duga.
Pangeran Dharma hanya seorang Pangeran licik hang ingin memanfaatkan hubungan pernikahan nya untuk menguasai harta dan wilayah Kerajaan Mandalika.
Puncaknya sang Pangeran Dharma berkerjasama dengan para komplotan para perampok untuk menyerang Kerajaan ayah Mandalika, d alam serangan itu Istana hancur dan Sang Raja gugur dalam mempertahankan Kerajaan dan melindungi rakyatnya.
Dan Mandalika yang berhasil melarikan diri ke hutan menyaksikan kampung halamannya dari kehancuran dari kejauhan, kutukan sang putri dengan diliputi kesedihan Mandalika menangis dan memohon kepada para Dewa untuk memberikan keadilan atas perbuatan keji Pangean Dharma
Menurut legenda Putri Mandalika begitu menyatukan hati sehingga sehingga air matanya berubah menjadi aliran Sungai kecil.
Dalam keputusasaan Mandalika memanjatkan kutukan kepada sang Pangeran Dharma dalam doa nya Mandalika berdoa
"Wahai para Dewa jadikanlah air mata ku sebagai air sungai yang tak henti-hentinya mengalir biarkan Sungai ini menenggelamkan Pangean Dharma beserta keturunannya agar kejahatan mereka tak terulang" pintanya
Dan kutukan itu seketika menjadi kenyataan air mata Mandalika seketika menjadi arus deras yang luas menciptakan sebuah Sungai besar dan Desa tempat Pangeran Dharma bersembunyi tersapu dahsyat menenggelamkan Sang Pangeran dan para pengikutnya.
Sungai Kampar yang penuh sejarah setelah kematian Pangeran Dharma Putri Mandalika menghilang tanpa jejak sebagian orang percaya bahwa putri Mandalika menyatu dengan alam menjadi Roh penjaga Sungai Kampar.
Hingga kini masyarakat setempat sering mendengar cerita tentang Roh wanita yang di percaya yang menjaga Sungai Kampar dari tangan-tangan yang jahat.
Sungai yang terbentuk dari tangis air mata Mandalika kemudian di kenal sebagai Sungai Kampar yang dalam bahasa setempat air yang mengalir memancar deras.
Legenda ini menjadi simbol perlawanan terhadap kejahatan dan penghianatan serta pengingat bahwa keadilan Selalu menemukan jalannya.
Pesan moral legenda asal mula Sungai Kampar mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga integritas menghormati kepercayaan dan menjunjung tinggi keadilan.
Kisah Putri Mandalika juga bahwa penghianatan dan keserakahan akan membawa kehancuran.
Hingga kini Sungai Kampar tu Idak hanay menjadi bagian yang penting bagi kehidupan masyarakat Riau akan tetapi juga menjadi pengingat akan sebuah legenda tentang cinta yang berakhir tragis.
Secara geografis Sungai Kampar merupakan salah satu Sungai besar di Provinsi Riau yang memiliki panjang sekitar 413,5 Km, dengan kedalaman rata-rata 7,7 m, dan lebar rata-rata 143 meter, Sungai Kampar mengalir dari hulu di Punggung Bukit Barisan ke arah timur membelah wilayah Kabupaten Kampar.
Saat ini Sungai Kampar memiliki banyak manfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitarnya, seperti Nelayan, pembudidaya ikan, petani, dan kehutanan selain itu Sungai Kampar juga menjadi sarana transportasi.
Lebih dari itu saat ini Sungai Kampar memiliki waduk untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) kapasitas 114 MW yang telah beroperasi sejak tahun 1996. Yang mana Sungai Kampar bercabang menjadi dua Sungai besar, yaitu Kampar Kanan dan Kampar Kiri dan kedua Sungai itu bertemu di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau (djl)