BACA JUGA: JK Terdakwa Pembacok Petani Kopi Dituntut 2,6 Bulan, Kuasa Hukum Ajukan Pledoi
Dewi mengungkapkan prestasi ini adalah bukti bahwa BSI sebagai bank syariah mampu bersaing dan unggul di tengah dinamika industri yang semakin kompetitif. Pertumbuhan yang konsisten di berbagai aspek ini juga mencerminkan solidnya kinerja BSI yang berkelanjutan.
"Alhamdulillah, pertumbuhan BSI dalam berbagai indikator utama, seperti aset, DPK, laba bersih, dan rasio CASA, merupakan yang tertinggi di industri perbankan nasional,” tuturnya.
BSI mampu menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp296,70 triliun, naik 17,50% secara tahunan (yoy). Ditambah lagi, kinerja Tabungan naik 16,09% ke level Rp128,78 triliun. Sekitar 39% atau sebesar Rp49,96 triliun dari total tabungan tersebut merupakan Tabungan Wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund. Likuiditas BSI bertumbuh juga seiring pertambahan nasabah yang per posisi Juni 2024 telah mencapai 20,46 juta.
Solidnya likuiditas menopang kinerja pembiayaan BSI yang juga tumbuh di atas rerata industri perbankan nasional dengan kualitas yang terjaga. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp257,39 triliun, tumbuh 15,99% yoy dengan NPF yang turun ke level 1,99% (gross) jauh membaik dibanding Juni 2023 sebesar 2,31%.
Kinerja pembiayaan ditopang oleh pembiayaan segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM yang mencapai Rp184,61 triliun. Segmen wholesale mengomposisi 28,27% dengan outstanding Rp72,77 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa segmen ritel, konsumer dan UMKM memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pembiayaan BSI, termasuk di produk gadai dan cicil emas. Sejalan dengan strategi pertumbuhan, pembiayaan emas BSI per posisi Juni 2024 mencapai Rp8,97 triliun, tumbuh 41,27% dengan NPF 0,07%.
Dengan kondisi likuiditas dan pembiayaan, sepanjang kuartal II 2024 pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44% menjadi Rp12,08 triliun, serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01% menjadi Rp2,48 triliun. Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87% ke level 69,23%. Di sisi rasio profitabilitas ROE perusahaan membaik ke 17,88% naik dari 17,27% posisi Juni 2023.
BACA JUGA:Proses Kasus Tukar Guling Lahan Aset Pemkab Seluma, Kejari Seluma Tunggu Hasil Tim Ahli
BACA JUGA: Pjs Bupati Seluma Besok Dikukuhkan, Informasinya Meri Sasdi
Sebagai informasi, BIFA merupakan sebuah ajang penghargaan yang diberikan kepada perbankan, asuransi hingga multifinance baik dari sisi kinerja keuangan maupun kemampuan untuk meningkatkan efisiensi. Adapun dalam ajang tahunan ini dilakukan tiga tahapan seleksi. Pertama, screening dengan menyeleksi nominee berdasarkan kriteria. Kedua, seleksi kuantitatif, di mana perusahaan yang lolos dari tahapan ini akan masuk ke tahap ketiga, yakni seleksi kualitatif.