Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Membela Kehormatan Keluarga dan Martabat Umat
Radarseluma.disway.id - Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Membela Kehormatan Keluarga dan Martabat Umat--
Reporter Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Keluarga merupakan institusi pertama dan terpenting dalam kehidupan manusia. Dari keluargalah seseorang belajar tentang cinta, tanggung jawab, dan kehormatan. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi contoh paling sempurna dalam menjaga dan membela kehormatan keluarganya. Beliau tidak hanya seorang nabi dan pemimpin umat, tetapi juga suami, ayah, dan pelindung keluarga yang luar biasa. Dalam sejarah kehidupan beliau, banyak kisah yang menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW dengan penuh kasih, kebijaksanaan, dan keberanian membela martabat keluarganya dari fitnah dan ancaman.
Islam memandang kehormatan (‘irdh) sebagai sesuatu yang sangat suci. Bahkan, menjaga kehormatan keluarga menjadi bagian dari keimanan. Rasulullah SAW menegaskan bahwa membela kehormatan diri dan keluarga termasuk bentuk jihad di jalan Allah.
Kehormatan dalam Pandangan Islam
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa menyakiti, memfitnah, atau menjatuhkan kehormatan seseorang tanpa bukti adalah dosa besar. Rasulullah SAW selalu menegakkan prinsip ini, terutama ketika kehormatan keluarganya difitnah oleh orang-orang munafik.
BACA JUGA:Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Memberi Nasehat Bijak kepada Keluarganya
Kisah Agung: Rasulullah SAW Membela Siti Aisyah RA dari Fitnah
Salah satu kisah paling menggugah hati dalam sejarah Islam adalah peristiwa Haditsul Ifk (peristiwa fitnah besar) yang menimpa Ummul Mukminin, Siti Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Kisah ini menjadi bukti nyata bagaimana Rasulullah SAW membela kehormatan keluarganya dengan penuh kesabaran dan keimanan.
Peristiwa ini terjadi setelah perang Bani Musthaliq. Saat rombongan pulang, Aisyah tertinggal karena mencari kalungnya yang hilang. Salah satu sahabat bernama Shafwan bin al-Mu‘aththal menemukannya dan menuntunnya kembali ke Madinah. Namun, orang-orang munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay bin Salul menyebarkan fitnah bahwa Aisyah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah ini mengguncang Madinah dan membuat Rasulullah SAW sangat sedih.
Namun, Rasulullah SAW tidak gegabah menuduh atau menghukum. Beliau mencontohkan ketenangan, kesabaran, dan sikap penuh hikmah. Beliau menunggu wahyu Allah SWT untuk menjelaskan kebenaran. Setelah beberapa waktu, Allah menurunkan ayat-ayat yang membebaskan Aisyah dari tuduhan keji tersebut:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah golongan dari kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya; dan orang yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nur: 11)
Turunnya ayat ini menjadi pembelaan langsung dari Allah terhadap Aisyah dan kehormatan Rasulullah SAW. Rasulullah kemudian memuji kesabaran Aisyah dan memperingatkan umat agar tidak mudah menyebarkan fitnah atau menuduh tanpa bukti yang sah.
BACA JUGA:Rasulullah SAW: Teladan Lembut dalam Mendidik Anak dengan Kasih Sayang dan Hikmah
Sikap Rasulullah SAW dalam Membela Keluarga
Sumber: