Muharam: Waktu Terbaik untuk Hijrah dari Kelalaian Menuju Kesadaran Iman

Muharam: Waktu Terbaik untuk Hijrah dari Kelalaian Menuju Kesadaran Iman

Radarseluma.disway.id - Muharam: Waktu Terbaik untuk Hijrah dari Kelalaian Menuju Kesadaran Iman--

Reporter: Juli Irawan  

Radarseluma.disway.id - Muharam, bulan pertama dalam kalender Hijriah, bukan sekadar penanda awal tahun baru Islam. Ia menyimpan pesan spiritual yang mendalam: saatnya umat Islam melakukan hijrah, bukan hanya secara fisik, tetapi lebih penting lagi, secara batiniah dari kelalaian menuju kesadaran, dari hidup yang alpa terhadap Allah menuju hidup yang penuh makna dan taat.

Sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan iman dan menegakkan kebenaran, demikian pula kita diajak untuk berhijrah dari keadaan lalai yang tenggelam dalam dosa dan dunia menuju kesadaran penuh akan tugas sebagai hamba Allah.

Makna Hijrah dalam Islam

Hijrah secara harfiah berarti “meninggalkan” atau “berpindah”. Dalam konteks syariat, hijrah tidak hanya merujuk pada perpindahan fisik, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, tetapi juga mencakup dimensi spiritual dan moral. Yakni, berpindah dari kejahilan menuju ilmu, dari dosa menuju taubat, dari lalai menuju sadar akan tanggung jawab sebagai hamba Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

«الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ»

Artinya: "Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah." (HR. Bukhari, no. 6489)

Hadis ini menegaskan bahwa hijrah sejati bukan hanya berpindah tempat, tetapi berpindah dari maksiat menuju ketaatan. Maka di bulan Muharam, kita diingatkan untuk meninggalkan kelalaian dalam beragama, meninggalkan kesibukan dunia yang melupakan akhirat, dan memulai kehidupan baru yang lebih bermakna.

BACA JUGA:Nilai Kesabaran dalam Peristiwa Hijrah: Keteladanan Abadi dari Rasulullah SAW dan Para Sahabat

Muharam: Momentum Pembaruan Kesadaran

Bulan Muharam termasuk bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ... مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan... di antaranya empat bulan haram (suci)." (QS. At-Taubah: 36)

Keempat bulan suci itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab. Di dalam bulan-bulan ini, umat Islam diajak untuk memperbanyak amal dan meninggalkan dosa karena pahala dilipatgandakan dan dosa dilipatgandakan pula.

Maka Muharam bukan sekadar awal tahun baru, tapi juga kesempatan menyusun tekad baru. Hijrah dari kehidupan lalai yang jarang membaca Al-Qur’an, jarang salat tepat waktu, sering melalaikan zikir, atau enggan bertobat menuju kehidupan yang penuh kesadaran akan tanggung jawab spiritual di hadapan Allah SWT.

Lalai Itu Berbahaya, Kesadaran Itu Menyelamatkan

Kelalaian (ghaflah) dalam Islam adalah penyakit hati yang sangat membahayakan. Kelalaian membuat hati menjadi keras, tidak tersentuh oleh nasihat, dan enggan menerima kebenaran. Allah memperingatkan dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَـٰفِلِينَ

Artinya: "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raf: 205)

Kelalaian bisa berupa tenggelam dalam dunia tanpa mengingat akhirat. Bisa pula karena menunda-nunda taubat, padahal ajal tidak bisa ditunda. Oleh karena itu, kesadaran iman adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat. Sadar bahwa hidup ini hanya sementara. Sadar bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan. Sadar bahwa Allah Maha Melihat setiap langkah kita.

BACA JUGA:Awal Tahun Hijriyah: Saat Tepat Membuka Kesempatan Menuju Surga

Langkah Hijrah Menuju Kesadaran

1. Mengevaluasi Diri

Lihat ke dalam diri kita. Apakah selama ini lebih banyak waktu dihabiskan untuk urusan dunia daripada akhirat? Sudahkah salat kita khusyuk? Sudahkah kita mengingat Allah dalam setiap langkah?

2. Memperbaiki Ibadah

Mulailah hijrah dengan memperbaiki salat lima waktu, memperbanyak zikir, membaca dan mentadabburi Al-Qur’an.

3. Meninggalkan Lingkungan yang Membuat Lalai

Jika pergaulan dan kebiasaan membuat kita jauh dari Allah, maka tinggalkan. Pilih lingkungan yang mendukung perubahan menuju lebih baik.

4. Mengikat Hati dengan Majelis Ilmu

Ilmu adalah cahaya yang mengusir kegelapan lalai. Datangi majelis taklim, ikuti kajian agama, dan terus belajar Islam dari sumber yang benar.

5. Berdoa Memohon Bimbingan

Mintalah kepada Allah agar ditetapkan dalam hidayah dan dijauhkan dari kelalaian:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الذَّاكِرِينَ لَكَ الشَّاكِرِينَ لَكَ، وَاجْعَلْنِي إِلَيْكَ مُقْبِلًا، وَمِنَ الْمُقْبِلِينَ عَلَيْكَ

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu mengingat dan bersyukur kepada-Mu, dan jadikan aku orang yang senantiasa mendekat kepada-Mu.

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Hijrah bukan sekadar romantisme sejarah Nabi, tetapi ajakan untuk mengubah diri. Muharam adalah awal yang penuh berkah, yang seharusnya dijadikan momen refleksi dan pembaruan jiwa. Dari lalai menuju sadar. Dari hidup yang kosong menjadi hidup yang berisi dengan iman, ibadah, dan amal saleh.

Perubahan tidak selalu mudah, tapi ia sangat mungkin. Sebab Allah Maha Penerima taubat, Maha Mengampuni, dan Maha Menyambut hamba-hamba-Nya yang ingin kembali. Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman:

"وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً"

Artinya: "Jika ia mendatangi-Ku berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadikan bulan Muharam sebagai tonggak awal perubahan. Mulailah hijrah dari kelalaian menuju kesadaran. Dari hidup yang penuh dosa menuju hidup yang bersih dan taat. Mari, kita buka lembaran baru dengan tekad kuat untuk menjadi hamba yang lebih dekat kepada Allah. (djl) 

Sumber:

Berita Terkait