Bulan Dzulqa’dah dan Kisah Perjanjian Hudaibiyah: Momen Damai dalam Sejarah Islam

Bulan Dzulqa’dah dan Kisah Perjanjian Hudaibiyah: Momen Damai dalam Sejarah Islam

Radarseluma.disway.id - Bulan Dzulqa’dah dan Kisah Perjanjian Hudaibiyah: Momen Damai dalam Sejarah Islam--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Bulan Dzulqa’dah merupakan bulan kesebelas dalam kalender Hijriyah dan termasuk dalam empat bulan haram (suci) dalam Islam. Dalam bulan-bulan haram, umat Islam diperintahkan untuk meninggalkan permusuhan, peperangan, dan menjaga kedamaian. Salah satu peristiwa monumental yang terjadi pada bulan ini adalah Perjanjian Hudaibiyah, sebuah perjanjian damai antara kaum Muslimin dengan kaum Quraisy yang menjadi titik balik penyebaran Islam secara luas. Artikel ini mengulas keutamaan bulan Dzulqa’dah, peristiwa Hudaibiyah secara historis, serta pelajaran penting yang bisa kita ambil darinya.

Keutamaan Bulan Dzulqa’dah

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 36 yang mana berbunyi: 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Empat bulan haram itu menurut penafsiran para ulama adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam ditekankan untuk memperbanyak amal shalih dan menjauhi segala bentuk pertumpahan darah dan kezaliman. Dzulqa’dah juga menjadi bulan awal rangkaian ibadah haji yang dimulai sejak kaum Muslimin berniat dan bersiap-siap untuk menunaikan rukun Islam kelima.

BACA JUGA:Menjauhi Dosa Kecil dan Dosa Besar: Prioritas di Bulan Dzulqa’dah

Perjanjian Hudaibiyah: Kronologi dan Makna

Pada tahun ke-6 Hijriyah, Rasulullah SAW bermaksud menunaikan ibadah umrah bersama sekitar 1.400 kaum Muslimin. Mereka berangkat tanpa membawa senjata untuk perang, hanya perlengkapan perjalanan dan senjata ringan sebagai pelindung diri. Tujuannya jelas: menunjukkan bahwa mereka datang dengan damai dan semata-mata ingin menunaikan ibadah di Baitullah.

Namun, kaum Quraisy menghalangi mereka memasuki Makkah. Terjadilah negosiasi antara dua belah pihak yang akhirnya menghasilkan sebuah perjanjian damai di daerah Hudaibiyah, yang kemudian dikenal sebagai Shulh al-Hudaibiyah (Perjanjian Hudaibiyah).

Isi pokok perjanjian ini antara lain:

1. Kaum Muslimin tidak diperkenankan masuk ke Makkah pada tahun itu, tetapi diizinkan datang tahun berikutnya dengan syarat tinggal selama tiga hari.

2. Gencatan senjata selama 10 tahun antara kaum Muslimin dan Quraisy.

Sumber:

Berita Terkait